PELITARIAU.com - Pertarungan sengit para elit politik menuju keberlanjutan atau terbongkarnya singgasana mewah tuan tanah. Satu persatu penghuni dari batang kayu angker berkeluaran menghebohkan dunia manusia.
Pada bulan Juli 2020 ini mulai berkecamuk, dengan keluarnya surat keputusan (SK) partai politik penetapan bakal calon bupati, padahal pasangan tersebut sebelumnya ngotot mendaftar ke KPU via jalur independent atau perseorangan.
Disusul dengan naiknya kasus pemeriksaan dugaan korupsi oleh Kejaksaan Inhu di Bagian protokoler Sekretariat daerah (Setda) Indragiri hulu (Inhu) Riau, yang sudah cukup lama bersembunyi dari lebatnya daun dibatang kayu, hingga para kepala sekolah SMP Negeri se-Inhu yang tiba tiba serentak mengundurkan diri dan tidak lagi mau menyebarkan pupuk pupuk kehidupan guna mensupport pohon yang daunnya kini sedang berguguran.
Ada hal aneh juga apabila Kabupaten ku ini tidak melakukan kontroversi, covid 19 saja dilawan oleh pak jabat yang kemarin lagi berusaha melunasi hutang perumahannya dan sekarang lagi menekan masyarakat yang kemarin baru saja melakukan protes terhadap perusahaan yang jelas jelas merusak lingkungan.
Pihak oposisi pemerintah pun lagi mengeluarkan jurus kage Bunshin No Jutsu, cari pasukan biar mesin perang besok murah ongkos . Pada lobby lobby calo(n) biar dapat kapal untuk berlayar.
Sekali lagi, ini tulisan bukan untuk menjatuhkan. Namun jauh dari itu semua masyarakat Indragiri hulu harus paham dan mengerti bahwa Indragiri hulu saat ini sedang tidak baik baik saja.
Kota rengat ku sudah gelap lampunya, danau raja ku sudah mati ikan di dalamnya, sungai Indragiri ku tidak lagi bersih airnya, jalan aspal ku sudah berlobang dempulnya, tanah masyarakatku sudah perusahaan yang memilikinya. Terus apa yang aku punya ? nama besar Indragiri yang sudah menjadi legenda. **
Penulis : Ilham Permana Kabid HMI Cabang Pekanbaru yang juga Mahasiswa Jurusan Peternakan Kampus IUN Suska Riau