Kanal

Keluarga Tidak Terima Syawal Tewas Karena Mencuri

PELITARIAU, Selatpanjang- Syawal Martadinata, pria kelahiran Selatpanjang 29 Maret 1993, yang ditemukan tewas dibawah tower milik PT Indosat, jalan Yos Sudarso Selatpanjang, Selasa (8/10) kemarin, dikenal sebagai pria pendiam dan pekerja keras.

Kabar penemuan mayat Syawal kemarin cukup mengejutkan masyarakat Kota Selatpanjang, terutama keluarga ibu Sabariah yang merupakan ibu kandung Syawal. Ia tidak menyangka salah satu putranya itu akan pergi selamanya dengan cara yang sangat mengenaskan.

Dimata keluarga maupun teman dekatnya, Syawal dikenal sebagai anak yang tidak banyak bicara, gigih bekerja dan tidak pernah punya masalah. Tak sedikitpun terlintas di fikiran keluarga, bahwa Syawal akan melakukan tindakan pencurian yang mengakibatkan kematian.

Seperti diungkapkankan oleh Ibu Sabariah yang didampingi abang kandungnya, Fani, kepada sejumlah wartawan, di kediaman keluarga, jalan Manggis Selatpanjang, Rabu (9/10)

"Syawal itu anaknya tidak banyak bicara. Kalau berbual (bicara, red) seadanya saja, dia lebih banyak diam. Sejak kecil dia anak yang gigih bekerja banting tulang. Ia memilih bekerja dari pada melanjutkan sekolahnya yang hanya tamatan SMP," ungkap Ibu Sabariah.

Diusia muda, lanjutnya, syawal sudah bekerja di kapal dan sangat jarang ada di Selatpanjang. "Kemarin dia ke Batam berkerja di laundry, lalu dia diajak temannya ke Payakumbuh. Lepas lebaran kemarin, dia pulang ke Selatpanjang lalu bekerja kembali di kapal sebagai KKM," tutur Sabariah.

Oleh karena itu, Sabariah mengatakan dirinya belum bisa menerima jika anaknya dikatakan akan melakukan pencurian di tower telekomunikasi milik PT Indosat. Bagaimana tidak, anaknya itu dikenal sebagai anak yang gigih bekerja dan tidak pernah mengeluhkan kesulitan uang. Bahkan sering ibu Sabariah menyodorkannya uang untuk sekedar membeli rokok, sering kali Syawal menolaknya. Apalagi saat ini ia sedang bekerja memperbaiki mesin kapal milik majikannya yang sudah tiga hari masuk dok.

"Terakhir saya ketemu dia hari minggu, Hari Raya Idul Adha, dia pulang ke rumah tapi cuma sebentar saja. Dan tidak seperti biasanya, dia tidak menoleh ke arah saya, hanya menyapa keponakannnya yang sedang bermain padahal ada kakak, abang dan adik-adiknya sedang ramai berkumpul. Setelah minta keponakannya bersalaman, dia pergi lagi. Saya fikir mungkin dia sibuk dan harus buru-buru kembali lagi untuk memperbaiki mesin kapal," ucap Sabariah.

Ibu Sabariah tidak merasa firasat apa-apa. Perasaan tidak enak hati mulai dirasakan ibu Sabariah pada hari Senin. Karena Syawal tidak pulang ke rumah dan tidak pula mengabari jika ia akan pergi berlayar.

Rasa terkejut dan tidak percaya atas kematian Syawal, turut dirasakan abang kandung Syawal, Fani Indra, warga Desa Alahair Selatpanjang. Menurut Fani yang bekerja di PLN Rayon Selatpanjang itu, sempat mendatangi TKP. Bahkan ia sempat menerima kiriman foto jenazah melalui ponsel yang sudah tersebar luas, namun sedikitpun ia tidak mengenali bahwa jenazah itu adalah adik kandungnya sendiri.

"Saya taunya setelah mendapat telepon dari isteri saya, bahwa ada yang mengabarkan jenazah itu adalah Syawal. Saya langsung menuju ke rumah orang tua saya untuk memastikannnya lagi. Tiba di rumah ibu, saya langsung tanya mana Syawal, adik-adik dan ibu sudah menangis. Tak lama setelah itu ada polisi datang minta keluarga untuk melakukan identifikasi jenazah ke RSUD. Melihat jenazah Syawal yang sudah kaku, saya sempat shok dan sedih," ungkap Fani.

Rasa sedih kehilangan adik tentu tak bisa ia tahan, terlebih lagi, Syawal itu adalah adik yang paling Fani sayang dibandingkan dengan adik-adik yang lainnya. Sejak kecil Fani sering menemani sering menjaga adik Syawal, dan menurutnya Syawal berbeda dengan adik-adik yang lain.

"Syawal itu tidak pernah mengeluh atau merengek mintak uang. Makanya tidak pernah marah dengan Syawal, bahkan saya sering menasehati adik-adik yang lain agar mencontoh Syawal yang tidak pernah menyusahkan orang tua dari sejak kecil, ia mau bekerja dan berusaha untuk mencari uang," ucapnya. Ia pun masih bingung dan heran jika saat ini adik kesayangannya itu dituding melakukan pencurian.

Dijelaskan Fani, ia dan keluarga lainnya tidak meminta pihak Kepolisian untuk melakukan autopsi terhadap jenazah Syawal untuk mendapatkan detil penyebab kematian.

"Ketika melihat mata jenazah, saya merasa tidak tega dan sepertinya Syawal berkata kepada saya minta tolong untuk sesegera mungkin dikebumikan, ia rasanya sudah terlalu malu. Makanya kami tidak melanjutkan autopsi terhadap jenazah untuk mengetahui kemungkinan lain dari penyabab kematian Syawal. Biarlah dia tenang di alam sana," kata Fani. (kor. nto)

 

Editorial: Rio Ahmad


Ikuti Terus Pelitariau.com

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER