Kanal

PT Pertamina Didorong Ekspansi ke Luar Negeri

PELITARIAU, Jakarta-PT Pertamina (Persero) didorong untuk lebih ekspansif mengembangkan wilayah hulu minyak dan gas bumi (migas) ke luar negeri. Biaya melebarkan sayap ke negara produsen minyak lain dipastikan lebih murah bila dilakukan saat harga minyak rendah.

“Saat harga sedang rendah, sebaiknya gunakan dana investasi untuk ekspansi ke luar negeri. Baik berupa kerja sama ataupun akuisisi ladang migas yang sudah proven,” ujar Berly Martawardaya, Pengamat Energi Universitas Indonesia, Minggu (24/7).

Manajemen Pertamina sendiri memperkirakan kebutuhan dana untuk ekspansi melalui langkah akuisisi mencapai US$16 miliar hingga 2020.

Menurut Berly, upaya Pertamina untuk ekspansi ke luar negeri sebenarnya bisa didukung pemerintah melalui jalur diplomasi seperti halnya pemerintah negara lain untuk membantu ekspansi perusahaan negara menuju negara lain.

Di luar negeri Pertamina tercatat beroperasi di tiga negara, yakni Aljazair, Irak dan Malaysia. Di Aljazair, Pertamina menjadi operator di blok Menzel Lejment North. Serta memiliki hak partisipasi di dua blok lainnya, yakni El Merk dan Ourhoud.

Di Irak, Pertamina memiliki hak partisipasi sebesar 10 persen di Blok West Qurna 1. Sementara di Malaysia, Pertamina memiliki hak partisipasi 18-25,5 persen di Blok SK-309, SK-311, SK-314A, P, K dan Blok H.

Arief Budiman, Direktur Keuangan Pertamina, mengatakan alokasi dana untuk rencana akuisisi blok migas berasal dari dana internal perseroan maupun pinjaman. Komposisi sumber dana akan sangat tergantung dari situasi dan kondisi ke depan.

“Kas internal sekitar 20-30 persen dan sisanya kemudian 80-70 persen berasal pinjaman,” kata Arif, sebagaimana dikutip CNN Indonesia.

Pertamina menargetkan produksi dari lapangan migas hasil merger dan akuisisi akan mencapai 366 ribu barel oil equivalent per day (BOEPD) dari total produksi migas perseroan pada 2020 yang mencapai 1,3 juta BOEPD.

Berly menambahkan ekspansi ke luar negeri menjadi pilihan karena saat ini ladang minyak yang aktif di Indonesia sebagian besar sudah tua, di atas 15-20 tahun. Selain itu, tidak banyak kegiatan eksplorasi baru dalam dua dekade tersebut. Akibatnya, produksi migas nasional terus menurun.

“Ladang migas di Indonesia juga kebanyakan di off shore atau di kawasan Timur yang terpencil dan membutuhkan biaya besar untuk mengembangkannya. Dengan rendahnya harga minyak saat, pengembangan tersebut tidak ekonomis,” ungkapnya.

Produksi minyak dan gas Pertamina pada semester I 2016 naik sebesar 12,5 persen menjadi 640 ribu BOEPD, dibanding periode yang sama 2015 sebesar 569 ribu BOEPD. Peningkatan kinerja produksi migas Pertamina disokong kontribusi lapangan di luar negeri, yakni Aljazair, Irak dan Malaysia.

Hingga akhir 2016, Pertamina menargetkan produksi migas sebesar 661 ribu BOEPD. 647 ribu BOEPD dari lapangan organik dan 14 ribu MBOEPD dari lapangan anorganik.

Total produksi minyak Pertamina sepanjang semester I, baik dari luar negeri maupun lapangan di dalam negeri mencapai 305 ribu barel per hari (bph), naik 11,3 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 274 ribu bph. Sementara untuk produksi gas sebesar 1.938 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), naik 15,8 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 1.710 MMSCFD.

Kinerja produksi minyak dan gas Pertamina di luar negeri menjadi penyokong utama peningkatan produksi kali ini. Realisasi produksi Aljazair hingga semester I 2016 mencapai 20 ribu bph dan gas 111 MMSCFD. Sementara itu, di Irak produksi minyak mencapai 44 ribu bph.

Selain itu, lapangan minyak Pertamina di Malaysia juga turut memberikan andil dengan menyumbang produksi minyak 21 bph dan gas 89 MMSCFD.***(prc)


Ikuti Terus Pelitariau.com

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER