Kanal

Syafrizal: Anak Berkebutuhan Khusus Sebenarnya memiliki Karakteristik Khusus

PELITARIAU, Meranti-Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menargetkan seluruh anak berkebutuhan khusus (ABK) di Indonesia mendapat akses pendidikan tingkat dasar dan menengah.

Dalam hal ini anak dengan kebutuhan khusus meliputi anak dengan daya penglihatan lemah, lambat belajar, autis, tuna rungu, tuna daksa, tuna grahita ringan dan kelainan lainnya.  

 

 

Sebagai "guru" pertama bagi anak, peran orangtua diharapkan lebih aktif dalam menggali apa yang menjadi kelebihan anak-anaknya.

 

 

Demikian disampaikan Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) Sekar Meranti, Desa Anak Setatah, Kecamatan Rangsang Barat, Kepulauan Meranti, Syafrizal kepada Wartawan Kamis (20/10/16) bhawa perhatian orangtua ibarat air dan pupuk bagi tanaman. Namun sangat disayangkan, banyak orangtua terkesan kurang tanggap. Mereka ingin anaknya berprestasi, tapi mereka enggan mendampinginya.

 

 

"Memang, mendidik anak berkebutuhan khusus diperlukan kesabaran dan kedekatan. Pengajarannya juga secara individual untuk setiap anak diberikan perhatian lebih. Faktor kedekatan ini membuat pentingnya keluarga berperan," ujar Syafrizal, 

 

 

Diakuinya, kebanyakan para orangtua hanya menyerahkan anaknya untuk mengenyam pendidikan di sekolah. Hal ini banyak dilakukan orangtua yang harus bekerja. Terlebih lagi, para orangtua di desa mempunyai pengetahuan yang sangat kurang sehingga mereka tidak mengerti dalam mendeteksi gejala anak berkebutuhan khusus.

 

 

"Padahal, berkebutuhan khusus bukan berarti anak itu menjadi lebih rendah dari anak yang normal. Bahkan, anak berkebutuhan khusus memiliki potensi yang lebih dari anak-anak normal. Hanya saja untuk mengembangkan potensi itu perlu cara persuasif untuk mendidiknya," jelas dia.

 

 

yafrizal menyadari, tidak mudah mendidik anak-anak berkebutuhan khusus, namun tidak juga terlalu susah. Karena menurutnya, anak-anak berkebutuhan khusus memiliki karakter khusus juga. Tidak sama satu anak dengan lainnya. Khususnya di sekolah, menjadi suatu kebanggaan tersendiri baginya apabila melihat anak didik mengalami kemajuan, misalnya dari tidak bisa bicara lalu bisa bicara.

 

 

"Namanya juga anak berkebutuhan khusus, cara mendidiknya pun khusus. Jadi perlu pendekatan secara persuasif dalam mendidiknya," pungkasnya.

 

 

Untuk diketahui, dari jumlah 78 anak berkebutuhan khusus wajib sekolah yang ada di 12 desa se-Kecamatan Rangsang Barat, sudah terdapat sebanyak 28 siswa yang dinilai aktif di SLB Sekar Meranti. Diantaranya adalah siswa tergolong tunagrahita, tunarungu, autis, daksa dan tunanetra.***

 


Ikuti Terus Pelitariau.com

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER