Kanal

Diantara Sagu Meranti dan Repu Menjadi Rupiah

PELITARIAU, Meranti - Ketajaman kapak yang diayunkan Amir (45) membelah tual rumbia yang berukuran panjang 1 meter memecah kesunyian pagi di desa Tanjung Darul Takzim Kecamatan Tebing Tinggibarat. Dibantu beberapa orang tenaga kerja, setiap hari pukul 07.00 WIB kilang sagu milik Amir sudah beraktifitas.  
 
Hanya beberapa kali saja hantaman kapak tajam yang diayunkan Amir ke tual rumbia, Keprak..., satu tual rumbia sudah menjadi empat bagian. Selanjutnya tual yang sudah dibelah empat, siap di masukkan ke dalam mesin kilang (Parut khusus sagu,red) yang setia di kelolanya.
 
Amir pemilik kilang sagu mengaku sudah beroprasi sejak puluhan tahun, dirinya mengelola usaha turun-temurun warisan dari almarhum  kedua orang tuanya H Mukhtar dan Hj Saleha. Dalam menjalankan usaha kilang sagu, dia  tidak segan membagikan pengalamannya, serta cara mengolah sagu serta repu (limbah,red) sagu yang bertanya kepadanya. 
 
"Mahasiswa banyak yang datang ke sini untuk membuat kajian studinya, mereka bertanya cara pengolahan sagu dan memanfaatkan repu sebagai limbah ramah lingkungan," kata Amir berbincang dengan pelitariau.com Senin (1/8) sambil menikmati segelas teh hangat di lokasi kilang sagunya. 
 
Foto: Alat pengolahan repu sagu yang belum bisa di oprasikan oleh kilang sagu Amir.
 
Bukan hanya dari kalangan mahasiswa yang melakukan kajian terhadap kilang sagu di Desa Tanjung Darul Takzim Kecamatan Tebing Tinggi Barat Kabupaten Kepulauan Meranti-Provinsi Riau, namun dari Instansi pemerintah daerah Dinas Pertanian Peternakan dan Ketahanan Pangan (DPPKP) Kabupaten Kepulauan Meranti juga melakukan kajian untuk dijadikan sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) daerah tersebut.
 
Amir bersama tenaga kerja kilang sagunya terlihat bersemangat, dengan peralatan seadanya masing masing pekerja terlihat siap dengan tugasnya. Dengungan mesin kilang sagu Amir pagi itu menghasilkan sagu bahkan repu yang semustinya dibuang menjadi limbah kembali diolah menjadi pakan ternak setengah jadi yang dibeli oleh peternak sapi.
 
Usaha pengolahan pohon rumbia menjadi sagu terlihat unik yang ditekuni Amir, terjadinya pemisahan sari pati tual rumbia menjadi sagu yang tidak bercampur dengan Repu. Dari lajur yang terpisah antara pati sagu dan repu semuanya bisa di manfaatkan sehingga tidak ada limbah kilang sagu yang tidak ada nilainya dalam ekonomi.
 
Sagu yang dihasilkan dari kilang sagu milik Amir sudah di kirim ke berbagai daerah di Indonesia, sedang repu masih belum dimanfaatkan dan dikelola secara maksimal. Pengkajian untuk pengolahan repu sebagai pakan ternak belum ada tanda-tanda keberhasilan baik dari mahasiswa maupun dari pemerintah daerah.
 
“Memang repu sagu yang telah di pisahkan dari pati sagu ini kami olah kembali dengan cara sederhana, karena belum ada alat yang bisa untuk mengolah repu sagu. Pengolahan repu dilakukan sebatas tidak mencemari lingkungan dan ekosistem," cerita Amir sesekali tertawa humor.
 
Foto: Peninjauan langsung yang dilakukanWakil Bupati Kepulauan Meranti Drs H Said Hasyim Msi bersama Rombongan ke Desa Tanjung Tebing Tinggibarat untuk lahan penanaman sagu dan beternak.
 
Repu yang merupakan ampas dari sagu terlihat dijemur oleh Amir, tampak terpisah limbah cairnya mengalir ke bak (baskom,red) penampungan. hasil penelitaian untuk pembuatan mesin pengolah repu sagu tampak terpajang di kilang sagu Amir, mesin yang tidak bisa di gunakan dan harus di lakukan pengkajian lagi oleh teknisinya.
 
Pengolahan repu jadi pakan ternak sebenarnya sudah lama di gagas setelah di lakukan penelitian ternyata banyak keuntungan dari pengolahan repu sagu. Dilakukan pengolahan repu salah satu manfaatnya selain dijadikan pakan ternak juga menyelamatkan pencemaran sungai, sebagian kilang membuang repu yang tidak dikelola kedalam sungai, dengan pengelolaan repu secara maksimal maka, menyelamat ekosistem yang hidup di sungai. "Bahkan repu bisa di jadikan pupuk untuk perkebunan, Namun setelah beberapa kali penelitian sampai saat ini belum ada kepastian tindak lanjut program pemerintah tentang pengelolaan repu,” kata Amir.
 
Dengan tidak ikut campurnya pemerintah daerah dalam pengelolaan repu, kilang sagu milik Amir sudah membikin alat pengelolaan repu secara senderhana "Sudah sejak dua tahun lalu namun alat itu belum juga bisa di gunakan, kami mengelola repu secara manual, jika repu dikelola maksimal untuk pakan ternak maka bisa bernilai Rp 15 ribu per-kilo gramnya," kata Amir.
 
Bagi Amir, usaha sagunya itu merupakan sumber kehidupan keluarganya, tidak hanya itu saja, pengolahan repu jadi pakan ternak memang baru di gagas, setelah di lakukan penelitian ternyata banyak keuntungan dari pengolahan repu sagu. Dimana repu sagu yang sudah di olah secara manual sudah banyak di minati masyarakat lokal yang datang ke kilang sagunya untuk membeli pakan hewan ternak. "Repu yang saya kelola secara manual untuk pakan ternak, seperti sapi, babi,ayam dan ternak lainnya," jelas Amir.
 
Amir berharap pemerintah daerah bisa membantu program mengolah repu sebagai pakan ternak di kilang sagu miliknya, dengan repu dikelola secara moderen Kabupaten Kepulauan Meranti tidak hanya di kenal dengan kota sagu, melainkan Kepulauan Meranti juga di kenal sebagai kota produsen pakan ternak repu sagu dan yang terpenting  membantu ekonomi masyarakat dalam usaha rumahan.
 
Jika repu tidak cepat dikelola secara maksimal oleh pemilik kilang sagu, maka nilai ekonomi untuk membantu penghasilan tambahan masyarakat hilang secara sia-sia. padahal untuk mendapatkan repu prosesnya sama seperti mendapatkan sagu, Pohon rumbia (sagu) yang berumur 8 tahun dengan ketinggian mencapai 10 meter di tebang, kemudian dipotong-potong menjadi tual, barulah tual-tual rumbia tersebut dari kebun rumbia dikirim ke kilang sagu.
 
Sebagai gambaran, Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan daerah terluas perkebunan rumbianya, dan juga dikenal sebagai daerah penghasil sagu terbesar di Indonesia, Setiap kecamatan di Kepulauan Meranti ada terdapat kilang sagu. Dengan demikian, sudah selayaknya pemerintah daerah memiliki target untuk jadikan sagu dan repu yang selama ini belum di olah secara apik sebagai identitas daerah dengan pengelolaan secara moderen didukung teknologi.
 
Bahkan Wakil Bupati Kepulauan Meranti Drs H Said Hasyim bersama rombongan Taman Teknologi Pertanian dan Peternakan telah melakukan peninjauan langsung di Desa Tanjung Kecamatan Tebing Tinggi Barat, Rabu (27/7/16) kemarin. selain meninjau kilang sagu juga melakukan peninjauan lahan perkebunan rumbia seluas 10 hektar untuk dijadikan lokasi produksi sagu.
 
“Yang jelas disini akan hidup subur tanaman rumbia, ini akan menambah penghasilan kita didaerah dan juga akan meningatkan pendapatan  masyarakat," diakui Said hasyim.
 
Pihaknya sebagai pemerintah daerah juga sudah membuat programkan untuk pengolahan pakan ternak  dari repu sagu, sebab Kepulauan Meranti diakuinya memiliki potensi penghijauan rumbia. Untuk melakukan pengolahan  pakan ternak dari repu sagu Said Hasyim berjanji akan membuat tahapan untuk di produksi repu menjadi pakan ternak.***Eka

Ikuti Terus Pelitariau.com

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER