Kanal

Ada "Mutiara" Yang Belum Dikelola di Pangkal Pinang

PELITARIAU, Jakarta - Walikota Pangkalpinang M Irwansyah mengundang pakar marketing yang juga CEO Markplus.Inc, Hermawan Kartajaya untuk mengunjungi kota yang tengah dipimpinnya itu. Baru beberapa jam berkeliling, Hermawan langsung menilai bahwa Pangkalpinang memiliki potensi besar untuk menarik wisatawan namun belum dikembangkan.

"Ada suatu 'mutiara' yang belum diasah di Pangkalpinang. Yaitu herritage China," kata Hermawan saat berbincang di rumah makan Latrase, Pangkalpinang, Bangka Belitung, seperti dilansir detik.com Minggu (24/7/2016).
Hermawan tak menyangka bahwa Pangkalpinang memiliki kaitan sejarah erat dengan China. Oleh karena itu banyak bangunan bersejarah yang berkaitan dengan China seperti kelenteng kuno Kwan Tie Miaw dan pekuburan Sentosa yang merupakan taman makam China terluas se-Asia Tenggara.

Dalam sejarahnya, ratusan tahun yang lalu, bangsa China datang ke Bangka untuk berburu timah. Merekalah yang mengajarkan teknik menambang timah secara tradisional kepada warga Bangka.
Hingga kini, mereka hidup berdampingan dengan warga dari etnis Melayu tanpa adanya gesekan.

Kedua suku itu membaur dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan budaya dan agama kedua suku ini juga terus berjalan. Untuk budaya China, kegiatan budaya yang rutin digelar setiap tahun yakni tradisi Peh Cun, ritual Ceng Beng dan pertunjukan barongsai. Sementara untuk budaya Melayu ada tradisi Nganggung, ruwahan, pawai ta'aruf dan sebagainya.

Di sisi lain, saat ini turis China mulai membanjiri Indonesia. Namun selama ini mereka baru mengunjungi Bali dan Manado saja. "Nah kenapa Pangkalpinang nggak jadi (tujuan wisata turis China) yang ketiga aja?" kata pria yang juga staf ahli Menkop UKM ini.

Menurut Hermawan, modal Pangkalpinang untuk menarik para turis China sudah cukup banyak. Pangkalpinang dikelilingi pantai dengan pemandangan yang indah dan budaya China yang kental. Hanya saja pengemasannya yang masih kurang. Dia tampak kaget saat mengetahui mayoritas pemandu wisata di Pangkalpinang mahir berbahasa Khek, yang merupakan bagian dari bahasa China.

"Ini (Pangkalpinang) lebih siap dari Bali. (Pemandu wisata) Bali setengah mati belajar bahasa Mandarin. (Pemandu wisata) Di Pangkalpinang mereka lancar bahasa Khek. Tinggal ditambah Mandarin aja, karena itu bahasa nasional mereka," sarannya.

Menurut pemandu wisata setempat, selama ini mayoritas turis asing etnis China yang datang ke Pangkalpinang adalah para diaspora yang meninggalkan Indonesia saat kerusuhan 1998. Mereka biasanya datang untuk bernostalgia dengan kampung halaman mereka. **ek


Ikuti Terus Pelitariau.com

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER