Kanal

Sulit Mendapatkan Kayu, Membangun Rumah Pakai Batang Kelapa

PELITARIAU, Selatpanjang - Sulitnya mendapatkan bahan baku kayu alam untuk membangun rumah di sejumlah Desa di Pulau Rangsang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, membuat masyarakat setempat mulai beralih menggunakan bahan baku pohon kelapa.

Muslim, salah seorang warga Desa Melai, Kecamatan Rangsang Barat, yang sehari-hari bekerja sebagai tukang bangunan, kepada wartawan, Senin (22/9)  mengaku sudah tidak lagi menggunakan bahan kayu alam untuk membangun rumah masyarakat.

"Beberapa tahun terakhir kami sulit mendapatkan kayu alam untuk dijadikan material bangunan rumah. Kondisi itu karena punahnya kayu alam dilibas oleh perusahan tanaman akasia yang berbekal izin areal Hutan Tanaman Industri (HTI) di Pulau Rangsang. Sebagai bahan pengganti kayu alam untuk membangun rumah, terpaksa kami memanfaatkan pohon kelapa," ujarnya.

Kalau dulu, kata Muslim, masyarakat Pulau Rangsang jika ingin membangun rumah atau membuat bangunan lainnya seperti jembatan kayu, pagar, keranda mayat dan bangunan proyek, tinggal masuk ke dalam hutan dan langsung memilih sendiri kayu jenis apa yang diperlukan.

"Tapi sekarang ini jangankan mencari kayu alam yang dulu banyak tumbuh rindang, wilayah hutannya saja sudah tidak ditumbuhi kayu, yang ada hanya semak-semak belukar dan galian kanal perusahaan," ungkap Muslim.

Sementara kalau harus membeli kayu alam dari luar Pulau Rangsang, ujarnya, selain harganya mahal, para pemilik kapal pun mulai enggan membawa kayu itu. "Sebab sekarang ini kapal bawa kayu untuk keperluan bangun rumah saja ditangkap oleh aparat, jadi masyarakat takut," ucapnya.

Maka sejak setahun terakhir, lanjutnya, untuk mensiasati persoalan itu, maka masyarakat setempat, khususnya mereka yang kondisi perekonomianya kurang mampu, mulai banyak yang memanfaatkan pohon kelapa untuk dijadikan material bangunan.

"Saya sudah mengerjakan lima rumah masyarakat yang bahan bakunya dari pohon kelapa. Memang dari segi ketahanan tidak lebih baik, tapi kita cari aman dan murahnya dulu, dari pada membeli kayu dari luar pulau menghabiskan dana yang tidak sedikit serta beresiko, makanya warga kita mulai melirik pohon kelapa yang usianya sudah tua dan buahnya tidak produksi lagi," kata Muslim (kor. nto)

 

Editorial: Rio Ahmad


Ikuti Terus Pelitariau.com

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER