Kanal

Indeks Manufaktur Jatuh, Rupiah Merosot Rp15.100 per Dolar AS

PELITARIAU, Jakarta - Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp15.100 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Senin (4/5) sore. Posisi ini melemah 218 poin atau 1,47 persen dari perdagangan sebelumnya di level Rp14.881 per dolar AS.

Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate(Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp15.073 per dolar AS atau menguat dari sebelumnya yang sebesar Rp15.157 per dolar AS.


Pergerakan rupiah hampir sama dengan mayoritas mata uang di Asia. Won Korea Selatan terkoreksi 0,66 persen, ringgit Malaysia 0,3 persen, rupee India 0,82 persen, peso Filipina 0,01 persen, dan dolar Singapura 0,07 persen.


Sementara, yuan China berhasil menguat meski tipis sebesar 0,19 persen. Hal yang sama terjadi pada baht Thailand menguat 0,12 persen.


Begitu pula dengan mata uang utama negara maju. Mayoritas melemah dari mata uang Negeri Paman Sam.


Rubel Rusia terpantau minus 0,26 persen, franc Swiss 0,28 persen, euro Eropa 0,41 persen, dolar Kanada 0,2 persen, poundsterling Inggris 0,65 persen, dan dolar Australia 0,16 persen.


Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan investor merespons negatif laporan IHS Markit terkait Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia yang anjlok pada April 2020 dari 43,5 menjadi 27,5. Ini merupakan angka terendah sejak April 2011 lalu.

"Indeks dari Markit menggunakan angka 50 sebagai batas, di bawah 50 artinya kontraksi dan di atas 50 artinya ekspansi. Data terbaru itu menunjukkan kontraksi sektor manufaktur Indonesia semakin dalam," ucap Ibarahim dalam risetnya.


Menurut laporan IHS Markit, penyebab turunnya anjloknya PMI manufaktur Indonesia adalah kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) oleh sejumlah pemerintah daerah (pemda) dalam memerangi penyebaran virus corona di dalam negeri.

"Kontraksi sektor manufaktur di Indonesia semakin dalam, akibatnya rupiah semakin terpuruk," kata Ibrahim.

Selain itu, data inflasi April 2020 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan angka yang berbeda dibandingkan periode yang sama pada tahun-tahun sebelumnya. BPS mencatat inflasi April 2020 sebesar 0,08 persen secara bulanan dan 2,67 persen secara tahunan.

"Rendahnya inflasi tersebut menjadi salah satu indikasi penurunan daya beli masyarakat menurun akibatnya banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) serta penerapan PSBB," pungkas Ibrahim. **prc4

sumber: cnnindonesia


Ikuti Terus Pelitariau.com

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER