Kanal

Mengenang Era Terbaik Barcelona 2008-12: Ternyata Bukan Guardiola yang Temukan Tiki-Taka

PELITARIAU, Barcelona - Ketika Barcelona bermain pada puncak tiki-taka di bawah Josep Guardiola, tim lawan tidak bisa merebut bola dari mereka, apalagi mencetak gol. Beberapa tahun lalu, Blaugrana pernah jadi raja sepak bola dunia.

Guardiola ditunjuk sebagai pengganti Frank Rijkaard pada tahun 2008. Saat itu banyak yang meragukan kualitas Guardiola, dianggap tidak pantas melatih tim senior begitu cepat.


Biar begitu, keraguan itu sirna hanya dalam beberapa bulan. Permainan Barca menunjukkan tanda-tanda positif, nyaris sempurna. Guardiola berhasil meracik taktik yang tepat untuk pemain-pemain Barca saat itu.

UEFA bahkan melabeli Barcelona 2008-12 sebagai salah satu tim terbaik dalam sejarah kompetisi mereka. Mengapa demikian? Apa yang membuat Barca saat itu istimewa?

Tahun Keemasan

Frank Rijkaard membawa Barca menjuarai Liga Champions 2005/05, tapi kualitas Barca perlahan merosot. Lalu, Guardiola yang saat itu menangani tim B dipromosikan jadi pelatih tim senior. Keputusan pihak klub ini sungguh penting.

Selama empat tahun menangani Barca, Guardiola membimbing timnya meraih menjuarai 14 dari 19 kompetisi yang mereka mainkan, termasuk enam trofi di musim 2008/09: Spanish Super Cup, La Liga dan Copa del Rey, plus Liga Champions, UEFA Super Cup, dan FIFA Club World Cup.

Selain kejayaan trofi itu, yang tidak kalah penting adalah keberanian Guardiola memberikan kesempatan debut pada 22 pemain yang datang dari akademi Barcelona. Tim itu membesarkan nama Xavi Hernandez, Andres Iniesta, dan Lionel Messi yang merupakan jebolan La Masia.


"Mereka merupakan tim terbaik yang pernah kami [MU] hadapi pada masa saya sebagai manajer. Tidak ada tim yang bisa membuat kami kesulitan seperti itu. Ini momen luar biasa bagi mereka. Mereka layak menang sebab mereka bermain dengan tepat dan menikmati sepak bola," ujar Sir Alex Ferguson usai MU takluk dari Barcelona di final Liga Champions 2010/11.

Langkah Pertama Barcelona

Laju Barcelona tidak selalu mulus pada musim 2008/09. Meski sudah dikenal dengan gaya bermain tiki-taka, ada beberapa tim yang bisa menemukan celah untuk mempersulit Barca.

Skuad Barca akhirnya melangkah ke level yang lebih tinggi pada duel semifinal Liga Champions 2008/09, ketika gol menit akhir Andres Iniesta membantu Barca memetik hasil imbang 1-1 di Stamford Bridge dan mendapatkan satu tempat di final berkat hitungan agresivitas gol tandang.

Saat itu, Chelsea di bawah Gus Hiddink telah menemukan gaya bermain terbaik untuk menghadapi tiki taka. Mereka bertahan dengan solid dan begitu dalam, menjaga Messi dengan ketat dan memaksa permain Barca lainnya untuk melepas tembakan jarak jauh.


Chelsea berhasil menahan imbang Barca 0-0 di Camp Nou, sempat unggul 1-0 di Stamford Bridge, sampai akhirnya gol Iniesta mengubah segalanya.

Filosofi yang Mengubah Sepak Bola

Tiki-taka selalu dikenal sebagai taktik Barcelona yang dibentuk Guardiola, tapi itu tidak sepenuhnya benar. Mengutip laman resmi UEFA, sebenarnya tim Spanyol yang menjuarai EURO 2008 sudah terlebih dahulu memainkan gaya bermain tersebut.

Saat itu, Spanyol di bawah Luis Aragones berusaha menjaga penguasaan bola saat menyerang dan mencoba memecah pertahanan lawan dengan aliran umpan yang lebih cepat. Biar begitu, Guardiola menyempurnakannya dengan pendekatan yang lebih ofensif.

Guardiola menggunakan tiki-taka dalam formasi 4-3-3. Dia beruntung punya talente luar biasa seperti Messi dan Iniesta yang bisa mengalirkan umpan begitu cepat di daerah pertahanan lawan.

Genius Guardiola


"Berada di sini memberi saya rasa puas tersendiri, sama besarnya dengan tanggung jawab yang saya pikul," kata Guardiola pada pemainnya ketika pertama kali bekerja pada 17 Juni 2008. "Saya tidak akan membuat Anda kecewa. Jika saya merasa tidak siap, saya tidak akan berada di sini."

Saat itu Guardiola masih 37 tahun, belum punya banyak pengalaman sebagai pelatih. Modal terbesarnya adalah pengalaman jadi pemain Barcelona dan pernah belajar di bawah Johan Cruyff.

Namun, apa yang dilakukan Guardiola ternyata jauh melebihi ekspektasi. "Pep adalah orang dengan hasrat tinggi yang bisa membuat Anda terkejut mendengar ide-idenya," kata Xavi.

Siapa Saja Pemain Bintangnya?

 


Xavi Hernandez: Otak permainan Barca, nyawa lini tengah, dan perwakilan Guardiola di lapangan. Pada Oktober 2011, Guardiola pernah bicara soal Xavi, katanya: "Xavi bakal sangat sulit digantikan. Bukan hanya karena apa yang dia berikan di lapangan, tapi tentang respeknya sebagai pemimpin di ruang ganti."

Andres Iniesta: Dengan kemampuan yang luar biasa, terkadang seperti penyihir di lapangan. Iniesta sudah membayangkan 5-8 langkah sebelum menerima bola. Dia adalah pemain genius yang membuat hal-hal sulit tampak sederhana.

Lionel Messi: Tidak perlu diperdebatkan lagi, Messi adalah sentuhan ajaib pada tim tangguh Guardiola. Messi menyumbang begitu banyak gol dan menjelma jadi perwujudan sepak bola Barcelona itu sendiri. **Prc5

sumber: UEFA


Ikuti Terus Pelitariau.com

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER