Bulog Pasarkan 260 Ribu Ton Gula Impor Dibandrol Rp12.500/kg

Ahad, 04 September 2016

dok

PELITARIAU, Jakarta - Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) bersiap mendistribusikan gula mentah impor sebanyak 260 ribu ton ke pasar pada akhir September. Gula impor tersebut akan dibanderol Rp12.500 per kg, lebih rendah dari harga rerata gula nasional yang sekitar Rp15 ribu per kg.

"Akhir September ini akan masuk, sebenarnya importasi ini izinnya ke pabrik gula rafinasi tapi karena kita tidak punya pabrik gula rafinasi. Jadi, kami yang tampung, termasuk penjualannya," jelas Direktur Pengadaan Perum Bulog Wahyu di kantornya, Jumat (2/9).

Wahyu menjelaskan gula impor yang akan masuk tersebut berasal dari Brazil dan Australia.

Kementerian Perdagangan (Kemendag), menurut Wahyu, pekan ini menerbitkan izin impor gula mentah sebanyak 260 ribu ton yang dapat dijual dengan harga rendah sebagai upaya stabilisasi harga gula di dalam negeri.

Berdasarkan Data Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kemendag pada Jumat (2/9), harga gula pasir secara nasional masih dikisaran Rp15.000 per kg. Untuk itu, kehadiran gula mentah impor, diharapkan dapat menekan harga gula nasional hingga mencapai angka Rp12.500 per kg.

Di sisi lain, Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mengungkapkan, langkah impor gula mentah yang diambil pemerintah dilakukan pada waktu yang kurang tepat.

"Impor tidak bisa dihindari, sayangnya waktunya kurang tepat. Kalau gula tersebut masuk di bulan ini maka akan merugikan petani karena hasil panen masih ada dan harga akan tertekan," kata Dwi Andreas kepada CNNIndonesia.com.

Menurut Dwi Andreas, seharusnya pemerintah dapat merancang waktu impor gula masuk antara bulan Mei sampai Juli sebelum panen atau sekitar Juni sampai Agustus saat pasokan gula mulai menipis di tangan pedagang.

Swasembada Masih Jauh

Jangankan berharap untuk swasembada komoditas gula, Dwi Andreas memperkirakan pasokan gula nasional justru menurun pada tahun ini.

"Tahun ini produksi gula kemungkinan turun 0,4 juta ton, ini membuat impor tak bisa dihindari," katanya.

Untuk itu, pemerintah diharapkan dapat segera membenahi produktivitas industri gula untuk mencukupi kebutuhan konsumsi gula masyarakat hingga akhirnya bisa mengejar swasembada.

Adapun kendala klasik untuk memaksimalkan produktivitas komoditas gula, menurut Dwi, karena persoalan keterbatasan lahan dan regenerasi pabrik gula.

"Kalau kita ingin swasembada, menurut perhitungan saya, kita perlu lahan tambahan sekitar 730 ribu hektare (ha). Pabrik gula juga sudah tua," jelasnya.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman juga menyebutkan bahwa untuk meningkatkan produktivitas komoditas gula, pemerintah perlu menyiapkan lahan seluas 286 ribu ha untuk mendirikan pabrik baru.

Selain itu, pemerintah juga membutuhkan lahan seluas 490 ribu ha untuk membuat pabrik gula eksisting dan 380 ribu ha untuk mendirikan pabrik gula rafinas.***(prc)