Polisi Harus Waspadai Aksi Balas Dendam Teroris

Kamis, 21 Juli 2016

ilustrasi

PELITARIAU, Jakarta - Pengamat Terorisme Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Zaki Mubarak mengingat pihak kepolisian agar waspada terhadap serangan balasan dari kelompok teroris pasca-kematian Pimpinan Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) Santoso.

"Kalau kita melihat dari kasus-kasus sebelumnya biasanya tewasnya salah satu pimpinan teroris akan berujung pada aksi-aksi balasan," kata Zaki saat berbincang dengan Okezone, Kamis (21/7/2016).

Zaki mencontohkan aksi balas dendam yang sudah terjadi di masa lampau ketika pimpinan Mujahiddin Indonesia Barat (MIB) Abu Umar ditangkap oleh Densus 88 Anti Teror.

"Beberapa tahun lalu, pimpinan MIB namanya Abu Umar tertangkap dan beberapa gembong yang lain Dayangkoro tertembak nah kemudian berujung pada aksi balas dendam pembunuhan kepada polisi termasuk yang terjadi di Tanggerang kira-kira dua atau tiga tahun lalu. Polisi-polisi jadi sasaran balas dendam. Dan ini sudah terjadi dalam lima tahun terakhir aksi-aksi teroris menyasar ke polisi baik yang ada di jalan-jalan maupun kantor polisi," ulas Zaki.

Oleh karena itu, menjadi tugas penting bagi Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Suhardi Alius untuk mengingatkan kepada semua aparat bahwa polisi harus lebih siap menghadapi kemungkinan balas dendam tersebut.

"Nah menurut saya menjadi tugas penting terutama bagi Kapolri dan Kepala BNPT menekan bahwa polisi harus lebih siap dan diberikan kiat-kiat khusus supaya lebih aman," katanya.

"Dugaan saya dalam beberapa tahun ke depan polisi masih akan menjadi sasaran teroris karena paling gampang ditemui dan dianggap pihak yang pantas disalahkan (oleh teroris). Pihak yang diannggap mereka (teroris) paling represif dan menangkap tokoh-tokoh mereka. Kalau dibiarkan dan tidak ada kiat-kiat khusus kasian polisi-polisi yang di daerah tidak bisa bekerja dengan tenang dan aman," tukasnya.**