Bayinya Meninggal Usai Dilahirkan, Pasien Yakini Ini Adalah Kelalaian Tim Medis

Sabtu, 16 Juli 2016

Bayi Pasien Yang Meninggal Setelah Melahirkan di RS Puri Husada Tembilahan

PELITARIAU, Tembilahan- Pasangan Enggi dan Jelita merasa kecewa dengan pelayanan pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Puri Husada Tembilahan pasalnya bayi yang baru saja dilahirkan meninggal dunia pada Rabu (14/7) kemarin.
 
Enggi selaku suami dari Jelita mengatakan bahwa kematian bayinya itu  disinyalir kelalaian para tim medis setempat.
 
Berdasarkan penjelasan orang tua pasien, kronologis kisahnya bermula saat Jelita warga jalan Budiman Tembilahan ini ingin melahirkan di rumah sakit. Ia masuk pada hari Rabu (6/7) karena sudah ada tanda-tanda akan lahir.
 
Dari perundingan antara pasien dengan dokter maka disepakati melakukan operasi persalinan pada hari Jum’at (8/7) pukul 8.00 WIB. Namun ternyata, pekerjaan persalinan molor beberapa jam hingga pukul 14.00 WIB.
 
“Melahirkan dengan lancer. Saat itu perawat menyampaiakan kondisi bayi saya saat itu sehat. Tapi, saya tidak diperbolehkan memberikan ASI hingga meninggal,” ujar Jelita, Sabtu (16/).
 
Lucunya lagi ditambahkannya, sehari sebelum melahirkan, dokter sempat menyuruhnya pulang ke rumah dengan berbagai alasan, salah satunya karena menurut mereka bulan kelahiran belum sampai.
 
“Perhitungan kami sudah sampai bulannya, diperkuat lagi tanda hendak melahirkan sudah ada berupa air ketuban sudah keluar, kok disuruhnya kami pulang? atau apakah karena saya ini pasien Jamkesda,” kesalnya.
 
Suami Jelita, Enggi meyakini meninggalnya buah hatinya murni disebabkan kecorobohan para tim medis. Hal itu ditandai juga dengan ketidak kepastian dari dokter atas kondisi si bayi dari sehat hingga meninggal.
 
“Anak saya yang katanya sehat kok sampai diinpus dan lecet bagian pipi sebelah kanan,” paparnya.
 
Sementara itu, Direktur RSUD Puri Husada Tembilahan, dr Irianto saat dikonfirmasi mengaku sudah mengetahui permasalahan tersebut. Menurutnya, kondisi bayi dan ibundanya memiliki sedikit masalah.
 
“Sang ibu, memiliki Polihidramnion yakni cairan ketuban yang terlalu banyak. Sedangkan si bayi memiliki kelainan berupa Sindrom Down yakni merupakan kelainan genetik.”Sanggah Irianto.
 
Jika seandainya kemarin, lanjut Irianto, pihak kami membiarkan atau tidak melakukan perawatan terhadap pasien disitu yang sangat menyalahi aturan kami sebagai tenaga ahli kesehatan.***Bud