Menghormati Arwah leluhur, Warga Tionghoa Bagansiapiapi Lakukan Sembahyang Kubur

Ahad, 27 Maret 2016

Warga Tionghoa Bagansiapiapi Darman bersama istrinya melaksanakan ziarah makam kuburan arwah leluhurnya, di pemakaman Bagan Jawa,Kecamatan Bangko

PELITARIAU,ROHIL- Tempat Pemakaman Umum (TPU) Agama Budha yang berada di Kepenghuluan Bagan Jawa, Kecamatan Bangko, kabupaten Rokan Hilir (Rohil), warga Tionghoa yang tinggal di luar wilayah Rohil mulai berdatangan untuk melaksanakan sembahyang kubur atau sembahyang Ceng Beng.

 

Seperti disampaikan salah seorang Warga Tionghoa asal Bagansiapiapi Darman menyatakan, sembahyang Ceng Beng atau sembahyang kubur ini merupakan tradisi yang wajib dilaksanakan warga Tionghoa, guna untuk menghormati para leluhur mereka yang sudah meninggal dunia. 

 

“Sesuai dengan tradisi sembahyang kubur bagi warga Tionghoa ini memang dilaksanakan pada tanggal 25 Maret hingga 4 April,"Ungkap Darman kepada Wartawan Pelitariau.com, minggu (27/3) usai melaksanakan ziara makam leluhur di Bagan Jawa.

 

Lanjut Darman, biasanya pada setiap perayaan sembahyang kubur, para sanak saudara atau famili keluarga akan pulang kampung untuk melaksanakan sembahyang di makam para leluhur mereka. Mereka akan berusaha untuk bisa pulang kampung agar dapat melaksanakan ziarah dan membersihkan makam keluarga.

 

Bagi para warga Tionghoa, sembahyang kubur ini bukan hanya tradisi ritual tahunan, tetapi juga dimanfaatkan untuk bertemu dengan sanak keluarga yang berada di perantauan." Karena pada hari besar lainnya, ada kemungkinan mereka tidak pulang kampung. Namun pada saat perayaan sembahyang kubur, semua keluarga dipastikan pulang kampung di mana orang tua atau leluhur mereka dimakamkan,” tambahnya.

 

Kondisi seperti ini dapat dilihat dari jumlah kedatangan warga Tionghoa di Bagansiapiapi. Selain itu biasa juga dilihat di setiap makam khusus warga Tionghoa, selalu dipadati warga yang melaksanakan ziarah ke makam selama pelaksanaan sembahyang kubur.

 

Kondisi seperti ini bukan hanya dilakukan oleh mereka yang tinggal di Rohil saja, tetapi juga dilaksanakan oleh seluruh warga Tionghoa yang tersebar di seluruh Indonesia. Dan Ceng Beng, kini menjadi sebuah kebiasaan yang tidak pernah akan lepas dari perhatian etnis ini.***Jr