Sekolah Tak Sekadar Memburu Nilai jazah

Jumat, 26 Februari 2016

Para siswa SDN Bongan belajar menanam pohon Gaharu

PELITARIAU, Samarinda - Terobosan yang dilakukan SD Negeri Bongan, Kutai Barat, Kalimantan Timur, mungkin bisa dilakukan sekolah-sekolah lain.

Pengelola sekolah menyadari bahwa nilai rapor dan ijazah kelak tidak cukup membangun para siswanya menjadi pribadi yang terampil dan berguna bagi masyarakat.

Oleh karena itu, pelajaran di sekolah itu mayoritas diisi dengan kegiatan praktik.

Salah satu pengajar di SDN Bongan, Sari Eka Pusvita mengatakan, misi mereka adalah menerapkan pembelajaran yang aktif, kreatif, membuat murid bergembira, sekaligus berbobot.

Maka, diterapkan cara pembelajaran partisipatif.

"Kalau buku mereka cuma membaca. Dengan ini kan senangnya dapat, pengalamannya dapat. Agar mereka ingat terus yang diajarkan," ujar Sari, saat ditemui Kompas.com di SD Negeri Bongan, Kalimantan Timur.

Ia mencontohkan pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Alih-alih menghafal lamanya waktu metamorfosis ulat menjadi kupu-kupu, mereka melakukan praktik sendiri.

Setiap murid mencari ulat, mereka mencatat setiap hari perkembangannya hingga menjadi kupu-kupu. Begitu pula saat mempelajari soal tumbuh-tumbuhan.

Sekolah itu memiliki kebun yang cukup luas di sisi kiri bangunan. Di sana lah mereka menciptakan sendiri kebun mereka.

Ada yang menanam cabai, kunyit, jagung, mangga, hingga durian.

Tak hanya melalui pelajaran lingkungan hidup, para murid belajar langsung kepada petani cara mereka merawat tanaman.

"Mereka diajak cara menanam tomat ke petani langsung, bukan lagi bapak atau ibu gurunya. Kalau gurunya bisa teori saja tapi praktiknya belum tentu bisa," kata Sari.

Bahkan, pupuk kompos dan pestisida untuk tanaman dibuat sendiri oleh para siswa, di bawah bimbingan guru Lingkungan Hidup.

Mereka juga turun sendiri ke pasar untuk mengetahui harga sembako dan mewawancarai pedagang di sana, serta menghitung langsung pengeluaran orangtua saat berbelanja.

Untuk pelajaran kewarganegaraan, para siswa diajarkan bagaimana pemungutan suara pada pemilihan umum.

Tak hanya sekadar teori, guru mengajak siswanya melakukan praktik pemilu di lapangan sekolah. Mulai dari pendaftaran, mencoblos, hingga penghitungan suara.

Dengan demikian, diharapkan para siswa mengetahui dengan jelas bagaimana cara orang dewasa memilih pemimpinnya.

Banyaknya praktik di luar kelas membuat siswa tidak jemu dengan aktivitas yang dijalaninya di sekolah.

Hasil cara didik yang diterapkan SD Negeri Bongan pun cukup memuaskan. Hampir setiap tahunnya, sekolah itu masuk lima besar ujian nasional tingkat Kabupaten Kutai Barat.

Ada pula yang juara 1 Oimpiade Matematika se-Provinsi Kalimantan Timur.

Kepala SD Negeri 010 Bongan, Yusuf, mengatakan, sebagai pendidik, ia berharap para anak didiknya kelak bisa hidup mandiri dan menghasilkan uang sendiri.

Salah satu bekalnya yakni dengan berkebun di kebun sekolah.

"Kita mau jiwa wiraswastanya ada. Kita harap ini bisa menginspirasi sekolah lain," kata Yusuf.

Sekolah ini mulai menerapkan konsep pendidikan berkelanjutan sejak mendapat bantuan dari World Wide Fund (WWF) for Nature pada 2009.

Mereka mendapat bantuan berupa pendidikan guru dan pendanaan lainnya.

"Tanpa WWF kita berat. Karena kemarin prestasi akademis luar biasa, tapi enggak bisa ngangkat ke permukaan," kata Yusuf. **