Dilaporkan ke Polda, Harga Rp3.500 TBS Per-Kg Pabrik Hanya Beli TBS Petani Rp1.000 Per-Kg

Jumat, 06 Mei 2022

Ketua APKASINDO Inhu, Emi Rosadi didampingi penasehat hukumnya Justin Panjaitan SH MH menyerahkan laporan ke Polda Riau diterima oleh Brigadir Rendi

PELITARIAU, Pekanbaru - Kisruh harga TBS terjadi hampir disemua provinsi sawit (22 Provinsi) sudah berlangsung sejak tanggal 23 April, persis 1 hari setelah Pidato Presiden Jokowi tentang pembatasan ekspor untuk Minyak Goreng Sawit (MGS) dan Bahan Bakunya. Namun lambatnya respon Kementerian terkait untuk mengantisipasi kisruh, terkhusus Kementerian Pertanian, semakin memperkeruh situasi.

Kegelisahan Petani Sawit ini diungkapkan oleh Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Indragiri Hulu (Inhu)- Riau.
APKASINDO Inhu angkat bicara soal anjloknya harga Tandan Buah Sawit (TBS) menjelang akhir april (24-30 April) lalu yang di lakukan sepihak oleh semua Pabrik PKS yang ada di  Inhu.

Ketua Apkasindo Inhu, Emi Rosyadi SP, mengatakan, penurunan harga TBS petani itu  dilakukan tanpa berdasarkan harga ketetapan yang di tetapkan oleh pemerintah melalui Dinas Perkebunan Provinsi Riau. Harusnya semua PKS Patuh terhadap Pergub Nomor 77 Tahun 2020 (turunan Permentan 01 tahun 2018), tentang Tataniaga TBS, tapi kenyataannya harga TBS kami malah hanya dihargai 30% dari harga yang ditetapkan oleh Disbun Riau.

"Kesabaran kami sudah habis, dan hari ini kami melaporkan secara resmi 5 PKS ke Polda Riau, dan menyusul 18 PKS lagi" ungkap Emi dihalaman Polda Riau (6/5/2022), bahkan juga mengadukan ke Bapak Presiden, Ketua Dewan Pembina DPP APKASINDO, Jend TNI (Purn) Dr Moeldoko, Satgas Pangan Nasional dan tentunya ke Ketum DPP APKASINDO di Jakarta, tegas Emi.

Emi Rosyadi, tampak didampingi sejumlah pengurus Apkasindo Inhu, penasehat hukum APKASINDO Inhu, Justin Panjaitan SH, MH, serta Tokoh Masyarakat dan ketua  ketum DPH LAMR Kabupaten Inhu, Datuk Seri Marwan MR.

"Kami mendapat laporan dan keluhan para petani sawit di Inhu, bahwa harga TBS mereka anjlok jauh dan potongan timbangan naik sampai 15 persen di PKS, laporan ini sudah berlangsung sejak 23 April lalu, namun kami terlebih dahulu melakukan telaah dilapangan dan berkordinasi ke DPW APKASINDO Riau, kata Emi Rosadi.

Dijelaskan Emi, dari harga penjualan TBS sebelum tanggal 22 April rata-rata masih Rp3.500-Rp.3.950 per-kilo gram, sejak tanggal 23 April langsung ambruk dan saat ini hanya dihargai  Rp1.000-an per-kilo gram, harga TBS petani tidak manusiawi, padahal harga CPO dunia sedang melambung Rp.24.500 per-kilogram.

Situasi itu menurunkan harga TBS kelapa sawit oleh pabrik kela sawit, hampir merata dilakukan ditiap pabrik-pabrik PKS yang ada di Inhu.

''Sementara dalam pengamatan kami bersama, bahwa harga TBS yang di tetapkan oleh pemerintah dengan berbagai indikator, tidak pernah turun, masih di atas Rp.3000 per-kilogram. APKASINDO percaya dengan Pemerintah, dalam hal ini Disbun Riau ya, kalau katanya turun ya kami terima, kan ini tidak turun, masak kami diam saja", ujar Emi seraya menjelaskan catatan terakhirnya harga TBS yang ditetapkan Disbun Riau Periode 27 April-10 Mei adalah Rp.3.919 per-kilogram.

APKASINDO Inhu juga sudah melakukan kordinasi dengan ketua DPW APKASINDO Riau, KH Suher, terkait data petani dan data harga TBS di setiap pabrik yang dicurigai.

Semantara itu, ketua DPD APKASINDO Riau KH Suher, dihubungi membenarkan bahwa DPD APKASINDO Inhu  melaporkan pabrik PKS-PKS di Inhu. "Kami di APKASINDO Riau sudah melakukan evalusi juga terhadap PKS-PKS di Inhu atas laporan petani tersebut ke APKASINDO Inhu, pabrik memang sangat keterlaluan membeli TBS Petani, terkhusus yang Petani Swadaya. Bahkan akibat ulah PKS Pedagang Pengumpul (RAM,red), semua berpacu menurunkan harga TBS petani," jelas KH Suher.

APKASINDO Riau mohon kepada semua PKS-PKS di Inhu, dan pabrik di Riau pada umumnya, untuk melakukan pembelian TBS petani secara proporsional, jangan sepihak saja menurunkan harga. "Kami petani sawit jangan dijadikan tumbal untuk keuntungan berlebih, ini sudah merampok namanya", kata Suher.

KH Suher menyampaikan mohon ke bapak Kapolda Riau, untuk segera menindaklanjuti laporan tersebut, ini untuk meredam kemarahan petani sawit, terkhusus di Riau, meskipun APKASINDO mengetahui bahwa penurunan harga TBS petani juga terjadi di Provinsi lain. **Prc