Tahun ini Ceng Beng di Pekanbaru Lebih Ramai

Jumat, 08 April 2022

Sembahyang bersama bersempena Qingming Jie oleh beberapa perwakilan lembaga keagamaan Buddha dan ormas Tionghoa di Taman Pemakaman Tionghoa YSPBA Rumbai, Pekanbaru, 5 April 2022.

PELITARIAU, Pekanbaru - Tahun ini, perayaan Ceng Beng atau ziarah kubur di Pekanbaru lebih ramai dibandingkan dua tahun sebelumnya akibat pandemi Covid-19. Pemakaman Tionghoa umban sari sudah ramai sejak tanggal 25 Maret lalu atau sepuluh hari menjelang puncak Ceng Beng.

"Tahun ini, perayaan Ceng Beng diprediksi leih ramai dibandingkan tahun sebelumnya. Banyak yang datang dari luar kota, seperti Jakarta, Batam, Medan dan kota lainnya untuk melaksanakan ziarah kubur," kata Ketua Yayasan Sosial Panca Bhaki Abadi Pekanbaru, Toni Sasana Surya.

Banyaknya masyarakat yang merayakan Ceng Beng pada tahun ini, kata Toni disebabkan perjalanan menggunakan angkutan udara sudah lebih mudah. Sedangkan tahun sebelumnya terkendala pandemi Covid-19.

Selain itu, tahun sebelumnya jumlah masyarakat yang merayakan Ceng Beng di Pemakaman Tionghoa Umban Sari dibatasi. 

"Perayaan Ceng Beng masih berlangsung beberapa hari ke depan dengan puncaknya pada tanggal 5 April kemarin. Biasanya ziarah kubur ramai pada akhir pekan. Warga yang datang membersihkan makam dan mendoakan para leluhur," jelasnya.

Dijelaskannya, Ceng Beng atau merupakan salah satu tradisi penting bagi masyarakat Tionghoa. Tradisi ini merupakan perwujudan sikap masyarakat Tionghoa yang menghormati leluhurnya.

"Cheng Beng juga menjadi ajang reuni bagi anggota keluarga. Banyak para perantau yang  pulang kampung. Berkumpul bersama  seluruh anggota keluarga untuk melaksanakan sembahyang dan ziarah," tegasnya

Pada puncak Ceng Beng kemarin, Yayasan Sosial Panca Bhaki Abadi Pekanbaru melaksanakan doa bersama untuk leluhur di Pemakaman Tionghoa yang dihadiri perwakilan lembaga keagamaan Buddha dan ormas Tionghoa. Sebelumnya, dilaksanakan baksos berupa pembagian 100 paket sembako untuk warga sekitar.

Mengutip berbagai sumber, tradisi Ceng Beng atau yang juga dikenal dengan Festival Qing Ming ini diperkirakan bermula sejak zaman Kekaisaran Zhu Yuan Zhang, pendiri Dinasti Ming. Zhang saat itu berasal dari keluarga yang sangat miskin.

Karena itu, ketika membesarkan dan mendidik Zhu Yuan Zhang, orangtuanya meminta bantuan kepada sebuah kuil. Saat beranjak dewasa, Zhu Yuan Zhang memutuskan untuk bergabung dengan pemberontakan Sorban Merah, sebuah kelompok pemberontakan anti-Dinasti Yuan (Mongol).

Karena ketangkasannya, dalam waktu singkat, ia berhasil mendapat posisi penting dalam kelompok tersebut. Kemudian ia menalukkan Dinasti Yuan dan berhasil jadi kaisar.

Setelah itu, Zhu Yuan Zhang kembali ke desa untuk menjumpai orangtuanya. Sesampainya di desa, ternyata orangtuanya telah meninggal dunia dan ternyata tidak diketahui keberadaan makamnya.

Untuk mengetahui keberadaan makam orangtuanya, Zhu Yuan Zhang memberi titah kepada seluruh rakyatnya untuk melakukan ziarah dan membersihkan makam leluhur mereka masing-masing pada hari yang telah ditentukan.

Selain itu, ia juga memerintahkan rakyat untuk menaruh kertas kuning di atas masing-masing makam sebagai tanda makam telah dibersihkan.

Setelah semua rakyat selesai berziarah, kaisar memeriksa makam-makam yang ada di desa dan menemukan makam-makam yang belum dibersihkan, serta diberi tanda.

Kaisar pun berziarah ke makam-makam tersebut dan berasumsi bahwa di antara makam-makam tersebut merupakan makam orangtua, sanak keluarga, dan leluhurnya. Akhirnya ritual ziarah makam ini dilakukan setiap tahun. **Prc7