Imlek: Dengan Berbagi dan Peduli Kasih

Selasa, 25 Januari 2022

Penulis: Sonika, Dosen STAB Maitreyawira dan Tokoh Buddha Pekanbaru.

PELITARIAU, PEKANBARU - Buddha Maitreya sebagai simbol sukacita, berjiwa kasih, senyum kasih dan perilaku kasih, tiada membuang dan tiada kemelekatan sebagai jalan pembinaan yang sempurna. Segala kesempurnaan dan kesejatian telah ada secara alami dalam diri manusia, tidak perlu penemuan atau pencarian. Hidup manusia dideskripsikan seperti bermimpi, sandiwara, karena sebab-jodoh muncul dan musnah, namun orang yang berhati kasih tidaklah membuang atau menolaknya namun lebih meningkatkan kesadaran nurani untuk berbagi dan peduli kepada orang lain secara nuraniah. Ajaran “Kasih” yang demikian tanpa batasan, universal menjadi milik siapapun di dunia ini. Karena umumnya manusia menolak unsur negatif dan meraih positif, seperti takut kalau menderita dan senang sekali ketika kebahagiaan.

Pertukaran Tahun Baru Lunar Imlek dapat dijadikan momen untuk meningkatkan perbuatan berbagi dan peduli kasih bagi sesama manusia. Sikap untuk membagikan dan peduli kasih kepada orang lain yang membutuhkan tanpa perbedaan, tanpa pamrih, tanpa egois, dan tanpa nama atau popularitas. Orang yang bisa berbagi dan peduli kasih akan mengubah   keberuntungan hidup sendiri menjadi keberuntungan bersama, selalu membawa kebahagiaan kepada orang lain, jadikanlah diri lebih berarti di tengah-tengah komunitas manusia, seperti sehelai daun rumput  atau sekuntum bunga yang sangat berguna di tengah manusia, hargailah orang lain seperti kita menghargai diri sendiri.

Dunia terasa semakin tua karena ketidakkekalan(anicca), segeralah mengubah pandangan yang keliru, pola dan gaya hidup yang kurang bermanfaat dan berfoya-foya menjadi lebih bermakna. Janganlah menyia-nyiakan kesempatan hidup yang sunya, mulia dan bahagia, terus berkarya suci, waktu tidak pernah menunggu kita, hanya kita yang selalu menunggu waktu, waktu berlalu tidak akan berulang kembali.   
Buddha menasihatkan bahwa hidup sangat mulia di dunia ini kalau seseorang dapat merobohkan dinding kebencian, prasangka, kecemburuan, dan ketamakan dengan kerelaan membagi kasih, kasih sayang, dan kepedulian pada sesama.

Hidup dengan berbagi dan peduli kasih akan membuat kita terbebas dari saling membenci, cemburu dan ketamakan. Mengapa kita membenci seseorang karena dalam diri ini masih penuh prasangka dan keburukan.
Buddha memberi nasihat kepada umatnya : “Bahwa Ia menghinaku, ia memukulku, ia mengalahkanku, ia merampas milikku , kebencian dalam diri mereka yang diracuni pikiran-pikiran seperti itu, tak akan pernah berakhir”. Juga disabdakan bahwa kebencian tidak dapat dipadamkan dengan kebencian, hanya sikap tidak membenci(kasih) yang dapat mengakhirinya, inilah Hukum kekal abadi, banyak orang tidak menyadari bahwa dalam permusuhan mereka akan binasa. Bagi yang telah sadar, segala permusuhan pun segera diakhiri.

Meskipun ada orang menyakiti, sedapat mungkin kita maklumi dan maafkan kesalahan dan kekeliruannya, ini bukan berarti kita bodoh tetapi bersikap bijaksana dan berlapang dada dengan menerima segala keburukan, sesungguhnya kita tidak rugi sedikitpun. Sebaiknya kita perbanyak berbagi dan peduli kasih kepada orang lain dan semua makhluk, janganlah menuntut balasan kebaikan, berbuatlah sesuai dengan panggilan nuraniah.

Hidup harus saling memberi dan membagi kasih, seorang Filsuf berkata ;  Apa yang akan anda simpan untuk diri sendiri akan lenyap dan apa yang anda berikan kepada orang lain akan anda miliki selamanya. Contoh nyata dalam sejarah Buddha Sakyamuni telah membagi dan peduli Kasih yang tidak terbatas kepada Dewa dan manusia. Pengorbanan tertinggi yang telah dibagikan adalah Buddha Dharma yang dapat membebaskan manusia dari dukha. Seseorang yang menerima kasih Dharma Buddha akan memiliki kekuatan besar untuk mengubah hidupnya, ia juga akan menikmati kebahagiaan, kedamaian, dan kegembiraan dalam pikirannya.

Buddha menasihati umatnya dengan bersabda; ”Jika seseorang dengan bodoh berbuat salah kepadaku, aku akan membalasnya dengan pernaungan cintaku yang tak terbatas, makin banyak kejahatan yang keluar darinya, makin banyak kebaikan yang akan keluar dariku, Aku hanya akan selalu memberikan harumnya kebaikan”.

Buddha Maitreya(Milefo) adalah simbol Kasih(maîtri) yang tidak terbatas, dengan nama beliau bermakna Kasih (Ci), Dharma Gaib Buddha Maitreya adalah “Dipukul tidak melawan dan dimarah tidak membalas, artinya tidak mau menimbulkan permusuhan diantara sesama, jiwa penuh pemakluman”.

Sebagai umat yang berkeyaninan kepada Buddha dan berupaya meningkatkan spiritual dengan membagikan kasih kepada orang lain. Hindarilah  penyelesaian masalah dengan perasaan emosional, tetapi dengan penuh kasih dan kasih sayang, agar batin kita tetap bersih dari polusi keburukan internal. Apabila spiritual secara internal dan eksternal bisa diperbaiki, maka aura positif kehidupan akan makin meningkat untuk menangkal dari berbagai musibah dan bencana dunia.

Seperti Syair Cinta Kasih berikut ini dapat kita praktikkan: “Inilah yang seyogyanya dikerjakan oleh ia yang piawai dalam kebajikan, serta yang berharap mencapai ketenangan, ia mesti cakap, jujur ,sungguh jujur, penurut, lemah lembut dan tiada angkuh. Berpuas  hati, mudah dilayani, tidak terlalu sibuk, hidup bersahaja, terkendali inderanya, berhati-hati, tahu malu, dan tak terlalu melekat pada keluarga.

Ia  tidak melakukan kesalahan apapun, yang dapat dicela oleh para bijaksana, semoga semua makhluk berbahagia dan tenteram! Semoga hati mereka berbahagia. Makhluk apapun, yang lemah maupun yang kuat, tanpa kecuali, yang panjang maupun yang besar, yang sedang maupun pendek, kecil maupun gemuk. Tampak maupun tak tampak, yang berdiam jauh maupun dekat, yang telah terlahir maupun yang akan terlahir kembali, Semoga semua makhluk tanpa kecuali berbahagia.

Janganlah menipu yang lain atau menghina siapapun dan dimanapun, janganlah karena marah atau berniat buruk, mengharapkan pihak lain celaka. Bagaikan seorang ibu melindungi putranya, anaknya yang tunggal, dengan mempertaruhkan hidupnya sendiri, demikianlah kita seyogianya mengembangkan hati tanpa batas terhadap semua makhluk.

Semoga pikiran cinta kasihnya yang tak terbatas menyelimuti segenap penjuru dunia, ke atas, ke bawah, dan sekitarnya, tanpa rintangann apa pun, bebas dari kebencian, dan permusuhan. Ketika  berdiri, berjalan, duduk ataupun berbaring, selama ini bebas dari rasa kantuk, ia seyogianya mengembangkan perhatian murni akan Cinta Kasih. Inilah yang disebut Kediaman Luhur disini. Dengan tidak berpegang pada pandangan salah, bajik, dan berpandangan jernih, melepaskan kemelekatan terhadap keinginan inderawi, ia tak akan lagi dikandung dalam rahim manapun.

Semoga memberikan pencerahan atas tulisan singkat ini,mari kita amalkan bersama.** Sonika