Era Kepemimpinan SBY, Impor Produk Pertanian naik 4 Kali Lipat

Selasa, 12 Agustus 2014

Petani cabai. ©2014 merdeka.com/yulistyo pratomo

PELITARIAU - Meskipun dikenal sebagai negara agraris, Indonesia masih harus impor untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pertanian dalam negeri.

Paling tidak selama 10 tahun terakhir atau di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), impor produk pertanian melonjak tajam dari USD 3,34 miliar menjadi USD 14,90 miliar.

"Sepuluh tahun, naik empat kali lipat lebih," kata Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, Adi Lumaksono saat sosialisasi hasil sensus pertanian di Jakarta, Selasa (12/8), seperti dilansir merdeka.com.

BPS melihat, seharusnya kondisi ini bisa dimanfaatkan. "Kita negara agraris, kalau kita tahu impor masih tinggi itu adalah peluang untuk berusaha di sektor pertanian," katanya.

Di Indonesia masih banyak petani gurem yang hanya mempunyai lahan untuk sekadar mencukupi dirinya. "Di sektor pertanian berputar-putar saja. Harus ada bantuan pemerintah, dengan bantuan pupuk dan alat. Ini sudah dilakukan," katanya.

BPS menegaskan yang diperlukan petani kecil adalah modal. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah. Diharapkan ada akses perbankan pada petani.

"Petani indonesia adalah petani tidak dibayar, seperti anaknya dan lainnya." Katanya.

Petani, kata dia, membutuhkan penyuluhan dan informasi cuaca. Ini bisa mendukung produksi petani. Yang lainnya, adalah soal pengemasan untuk menjual produknya. "Ini yang harus dipikirkan," katanya. (PR-cr.Ram)