Cerita 7 Remaja Ruteng Sempat Tersesat di Golo Lusang, Hutan Angker di Manggarai

Selasa, 20 Juli 2021

Tujuh remaja asal Ruteng, Manggarai, NTT sempat hilang di Hutan Golo Lusang, Minggu (18/7).

PELITARIAU, Pekanbaru -  Tujuh remaja asal Ruteng, Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) dikabarkan sempat tersesat di Golo Lusang, hutan angker penuh kisah mistis di Kabupaten Manggarai pada Minggu (18/7).

Mereka kemudian kembali ditemukan oleh tim pencarian dari BPBD dan Polres Manggarai pada Senin (19/7). Para petugas gabungan menemukan mereka di tengah hutan lebat karena tidak tahu jalan pulang.

Awal mula ceritanya adalah ketika ketujuh remaja asal Kelurahan Pau, Kecamatan Langke Rembong tersebut berniat merayakan ulang tahun salah seorang teman mereka.

Mereka ingin menghabiskan waktu seharian dengan berekreasi ke sebuah danau yang berada di hutan lindung Golo Lusang.

Golo Lusang sendiri berlokasi di Kecamatan Rembong dan terkenal sebagai paru-paru di Provinsi NTT. Hutan ini masih alami sehingga sangat lebat dengan suhu dinginnya.

Menurut cerita warga setempat, Hutan Golo Lusang juga terkenal dengan beragam kisah mistis sehingga paling ditakuti jika berada sendirian di dalam hutan tersebut.

Namun ketakutan itu tidak terjadi dengan tujuh remaja asal Ruteng ini. Mereka nekat bertamasya ke hutan untuk menikmati kesejukan danau di tengah hutan.

Menurut cerita Kepala Urusan Humas Polres Manggarai Ipda IMade Budiarsa mereka berangkat ke danau itu pada Minggu pagi sekitar pukul 06.00 WITA.

Sayangnya, mereka tidak cukup punya persiapan sehingga tersesat di tengah hutan ketika hendak pulang ke rumah.

Ketika berangkat, mereka menyusuri jalan setapak yang sebenarnya sudah diberi tanda.

Tepatnya pukul 11.00 WITA atau setelah menempuh berjalanan dengan berjalan kaki selama 6 jam, mereka tiba di danau.

Mereka hanya membawa bekal hanya untuk satu hari saja, karena mereka akan segera pulang pada tengah hari. Mereka hanya akan berekreasi selama 2 jam saja di hutan itu.

Setelah bersukaria merayakan kegembiraan di tengah hutan, mereka pun pulang. Namun mereka bingung mencari jalan setapak yang sebelumnya mereka lalui. Sebab jalan tetapak tiba-tiba raib. Karena tak ingin kemalaman, maka mereka mengambil inisiatif dengan pengetahuan seadanya berjalan tanpa arah.

Mereka lupa membawa kompas sehingga tidak tahu kemana arah yang benar. Berada dalam hutan lebat yang dingin dan tanpa cahaya matahari yang terlihat, mereka kesulitan menentukan arah pulang.

Dalam pengakuan mereka, disebutkan bahwa mereka akhirnya tersesat di Hutan Golo Lusang hingga ke atas bukit dan di tepi jurang.

Hingga larut malam, mereka tidak mememukan jalan setapak yang tadi mereka lalui, bekal habis, malam sangat dingin menusuk.

Mereka pun kehabisan bekal dan harus bertahan hidup. Parahnya lagi, meski mereka menemukan sebuah sungai jernih, namun mereka hanya bisa melihat dari kejauhan dan tak bisa turun karena terjalnya jurang.

Kehausan di tengah malam dan kedinginan, para pemuda ini kemudian mengonsumsi air seni mereka demi bertahan hidup.

Saat malam makin menusuk, mereka memilih menyala api dari pemantik atau korek api yang mereka bawa agar tidak kedinginan.

Beruntung mereka memiliki fisik yang kuat dan sudah terlatih bersama alam.

Sembari terus menyalakan api dan memperbanyak asap agar terihat orang sekitar, para pemuda ini kemudian terus bertahan melewat malam dan hingga pagi hari.

Bersyukur bahwa para petugas menemukan mereka di tengah hutan. Mereka pun dibawa pulang ke rumah masing-masing. Meski begitu, kondisi mereka saat ditemukan sudah sempoyongan karena lemas.

“Tim pencarian menemukan 7 pemuda ini, karena melihat adanya kepulan asap dari dalam hutan yang sengaja dinyalakan oleh mereka untuk memberi tanda,” kata Made Budiarsa. **Prc7