Nelayan Banglas Meranti Banyak Tangkap Udang Bakau

Jumat, 30 Januari 2015

Masyarakat sedang membersihkan udang bakau

PELITARIAU, Selatpanjang - Sejumlah nelayan tradisional di Kabupaten Kepulauan Meranti banyak menangkap udang bakau. Jenis udang bakau ini terbilang cukup unit dan langka, dan hanya ada di kepulauan Meranti, udang tersebut hidupnya di dalam tumpukan lumpur di pinggir laut.


Masyarakat Desa Banglas, Kampung Dorak Asma (40), jum'at (30/01) mengatakan, menangkap udang tersebut sedikit susah dan butuh kesabaran. Pasalnya udang tersebut di tangkap di pinggiran laut banyak lumpur.

“Untuk menangkap udang, biasanya akan menghabiskan waktu beberapa saat, di lumpur yang hampir tidak ada airnya, biasanya terdapat lobang lobang kecil. Cara menangkap cukup dengan minginjak sisi lobang tersebut maka udang akan keluar dengan sendirinya,"Jelas Asma kepada Pelitariau.com.

Menurut Asma, menangkap udang juga gampang-gampang susah, Sebab, selain jarak yang cukup jauh, menangkap udang juga penuh kehati-hatian di rawa-rawa tersebut terbilang licin dan banyak kayu-kayu mati.

Udang-udang Bakau yang telah di tangkap dan di bersihkan, kemudian akan di jual ke pasar tradisional di Selatpanjang. Harga jual udang tersebut beragam, tergantung dari ukuran dan besar kecilnya, untuk udang yang kecil dihargai Rp2000 per ekornya, sementara yang menengah Rp3000 per ekor, dalam sehari, nelayan bisa membawa pulang upah dari tangkapan bekisar Rp100ribu atau Rp150ribu yang di jual kepada pelanggan.

"Biasanya yang membeli yang punya Restauran dan juga Orang-orang etnis Thionghoa yang ada di Selatpanjang ini, Berangkat melaut seusai waktu pagi dan pulang sekitar pukul 12.00 WIB,” kata dia.

Selanjutnya Asma mengharapkan kepada Pemerintah agar memperhatikan nasib nelayan di Desa Banglas. Yang masih memiliki banyak kekurangan dalam berusaha memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.

 

 
Penulis: Doni Ruby Saputra

Editor  : rio