Suku Tuha Kepada Roh Patih ( IV )

Ahad, 14 Februari 2021

DHENI KURNIA

Suku Tuha Kepada Roh Patih ( IV )

Musuh bukan dalam selimut
Menggunting taklah dalam lipatan
Menohok jangan teman seiring
Jalan bertiga saling waspada
Di balian datuk perpatih dan ketemanggungan
Dua matahari nan bercahaya
Satu terang meluluhkan
Yang lain panas hati mendendam

Parpatih nan sabatang beraliran lurus
Datuk temanggung berjiwa cadas
Buku berpisah dari jari
Ruas berpisah dari buku
Parpatih arif dan bijaksana
Tuah kata dalam negeri
Ketemanggungan bak timah panas
Rambut berdiri bersulut api
Melepuhkan semua kerak tanah

Parpatih ke timur tumanggung di utara
Sungai mengalir berwarna beda
Tumbuk padi tumbuk lalang
Terbujur lalu terbelintang patah
Parpatih datar mengulas senyum
Semut terpijak tidak mati
Alu tertarung patah tiga
Besi dikeping jadi tanah
Umbut rotan berbagi sama

Tumenggung tembaga dalam negeri
Daripada berputih tulang
Lebihkan baik berputih mata
Besutan di mata beraja di hati
Di tanah yang batingkah
Keduanya menaruh marwah
Tiga dusun di batang kuantan
Tiga negeri di batang hari
Tiga tepian di batang kampar

Api ranah berkecamuk bara
Datuk temanggung berpantang mata
Beliak jauh ke ujung talang
Rajo adil rajo disembah
Rajo batil rajo disanggah
Di kelayang dusun pematang reba
Akulah pemilik tanah batingkah
Bersusur tanah menyelam dalam
Belum terkilat tahu wajahnya

Parpatih nan sabatang raja maharaja
Penguasa puak tiga lurah nan sembilan
Pengatur tiga tungku sejarangan
Menganyam tali tiga sapilin
Tanah dan hutan adalah ibu
Memisahkan aku dengan tanah
Sama dengan mencabut rohku
Tahun yang beratus menjadi saksi
Hidup dan mati anak kemenakan

Temanggung menyebar ilmu bertingkat
Picak bertempat tempat
Pematang sawah tidaklah sama
Bertingkat jenjang bertapik bendul
Tahu dengan kata yang empat
Mendaki mendatar menurun melereng
Terkurung nak di luar
Terhimpit nak di atas
Jalan bertiga nak di depan

Parpatih mengajarkan keselarasan
Bulat air dek pembuluh
Bulan kata dek mufakat
Pergi tampaklah muka
Pulang tampaklah punggung
Orang besar tempat bertanya
Orang kecil tempat berberita
Ke gunung sama mendaki
Ke lurah samalah menurun

Perpatih bersebahat dengan paderi
Temanggung memegang kitab adat
Tujuh tahun tujuh bulan tujuh hari
Sungguh lama tak bersebati
Pecahlah perang dan harga diri
Siang dah menjadi malam
Malam dah berpindah alam
Baju ganih dah tak lagi memutih
Delta hitam berubah merah

Besosoh ilmu sampai mati
Beradu tombak menikam hati
Berkilat pedang menyayat dada
Bersilat lidah mencari pengaruh
Berhenti tak menangpun tidak
Berkuah darah membela kehendak
Beraja di hati tak kenal peri
Bersutan dimata sampai hati
Untuk sebuah kesiasiaan.

Airmolek, 09.2016
_____________________________
Penulis puisi DHENI KURNIA; Lahir di Airmolek, Indragiri Hulu, Riau. Sastrawan dan Wartawan Indonesia ini, memenangkan Buku Puisi Terbaik pada HPI (Hari Puisi Indonesia) 2018 dengan judul BUNATIN. Sedang Buku Mantra Puisi Roh Pekasih, juga masuk Buku Unggulan di HPI 2017. Sedang buku Olang 2, mendapat penghargaan dari University Sultan Azlan Syah (USAS) , Perak, Malaysia

Sebagai Wartawan, pernah menjadi Wakil Ketua PWI Jambi (2000-2005), Ketua PWI Riau 2007-2017 (dua priode). Saat ini dipercaya pula menjadi Ketua JMSI (Jaringan Media Siber Indonesia) Riau priode 2020-2025.

Pernah membacakan puisi dan membawa kesenian Talang Mamak, Inhu, ke beberapa negara ASEAN, Amerika Serikat, China dan beberapa negara di Eropa.

Puisi Suku Tuha diciptakan tahun 2016, berkisah tentang sejarah dan falsafah Suku Talang Mamak di Indragiri Hulu, Riau, yang diperkirakan sudah ada di Indragiri pada abad-abad Sebelum Masehi.