5 Paslon Tidak Mampu 'Demamkan' Pilkada di Inhu, Hanya 40 Persen Masyarakat Inhu Ikut Memilih

Senin, 23 November 2020

Pemerhati Pemilu, Ir, Hendri A Saleh, MA

PELITARIAU, Inhu - 5 Pasangan calon (Paslon) yang ikut bertarung di Pemilihan umum kepala daerah (Pilkada) Indragiri hulu (Inhu)-Riau tahun 2020 dan penyelenggara Pilkada Inhu tidak mampu membuat Inhu hari "Demam Pilkada" sehingga akan berdampak pada turunnya partisipasi pemilih yang hanya diperediksi mencapai 40 persen saja dari jumlah 291 ribu lebih pemilih di 9 Desember 2020 nanti.

Demikian dikatakan pemerhati Pemilu Inhu Ir Hendri A Saleh MA berbincang dengan PELITARIAU.com Senin (23/11/2020) di Rengat. "Pemilu Inhu 2020 ini tidak ada kampanye akbar, yang ada hanya pertemuan tatap muka terbatas dirumah warga dan itupun tidak maksimal dilakukan oleh seluruh Paslon, yang hadir hanya elit politik daerah itu dan tidak diketahui secara umum oleh masyarakat desa," kata Hendri yang pernah menjabat komisioner KPU Inhu fokus pada bidang Hukum pemilu dan teknis pelaksanaan pemilu di Inhu.

Diprediksinya partisipasi pemilih di Pilkada Inhu hanya 40 persen kata Hendri pemilih yang datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS), hal itu akibat dari minimnya Alat Peraga Kampanye (APK) yang terpasang di setiap desa yang memperkenalkan 5 Paslon, minimnya APK di desa dan kelurahan serta yang terpasang di ibu kota Kecamatan membuat masyarakat tidak mengenal secara utuh 5 Paslon.

"Semustinya di setiap desa dan kelurahan ada 4 sampai 10 spanduk Paslon dan umbul umbul Paslon harus ditaas 10 buah, untuk mensosialisasikan paslon ini peran penyelenggaraan harus dimaksimalkan," jelas Hendri.

Selain informasi pemilu yang kurang didapat oleh masyarakat, ditambah lagi kata Hendri, dengan cuaca buruk seperti musim hujan dan mengakibatkan kondisi jalan di desa desa banyak yang rusak membuat masyarakat dan Paslon tidak bisa melaksanakan pertemuan terbatas yang sudah direncanakan.

"Pemilik rumah tempat pertemuan terbatas yang dihadiri Paslon lebih dulu dihadiri oleh polisi dan Satpol PP serta petugas pengawas pemilu, hal itu membuat pemilik rumah yang dijadikan tempat berkumpul merasa ketakutan, ini juga beban mental masyarakat menerima Paslon untuk melakukan kampanye Dialogis dengan masyarakat tersebut," ucapa Hendri yang juga ketua Yayasan Indragiri ini.

Hendri juga menjelaskan, dari 5 Paslon di Pilkada Inhu 2020 ini semuanya berpeluang, namun demikian tim Paslon yang menyebar hingga kedesa desalah yang mampu memperkenalkan Paslonnya. "Politik dinasti itu menurut saya hal yang wajar sebab berkaitan dengan balas budi," kata Hendri yang juga dosen pada mata kuliah Pancasila dan kewarganegaraan di Inhu.

Filosofi dari dinasti politik bukan hanya pada, siapa yang lebih dulu menanam dialah yang menuai, yang dicontohkan pada sebuah pohon durian ditanam oleh seseorang maka, buah dari pohon durian itu akan dimakan oleh anak dan cucu dari penanam pohon. "Jika ingin cepat meperolah hasil dari tanaman cepat panen, maka bisa dilakukan penanaman tumbuhan yang cepat panen seperti tanam bayam dan tanam kangkung," ucapnya.

Jika hari ini Paslon yang bertarung di Pilkada Inhu memfokuskan merebut suara di perkotaan, hal itu tidak sama dengan pandangan Hendri, sebab dia mengumpamakan pemilih di Pilkada itu seperti kue donat, suara pemilih sebenarnya banyak terdapat di pedesaan sedangkan di perkotaan minim bahkan kosong.

"Sistim kue donat ditengah bolong adalah kota, dipinggir padat adalah desa, Paslon yang menguasai pemilih di desa, dialah pemenangnya," ucap Hendri yang aktif membahas perkembangan Pilkada Inhu 2020 ini bersama mahasiswanya di kampus tempatnya mengajar. **Zp