Bayi Harimau Sumatera Lahir di Polandia, Habitat Asli Rusak

Kamis, 30 Juli 2020

Bayi harimau sumatera yang lahir di kebun binatang di Polandia. Foto: gulf

PELITARIAU - Seekor bayi harimau sumatera lahir di Kebun Binatang Wroclaw, Polandia, dua bulan lalu. Namun pengelola kebun binatang baru mempublikasi “kabar bahagia” ini Jumat pekan lalu.

Induk harimau sumatra tersebut adalah Nuri, harimau betina berusia 7 tahun dan Tengah, harimau jantan berusia 11 tahun. Spesies ini adalah bagian dari program global yang bertujuan menyelamatkan spesies itu dari kepunahan.

Direktur kebun binatang Wroclaw, Radoslaw Ratajszczak, menyebut harimau sumatera spesies yang piawai. Ia lantas mengundang warganet ke laman Facebook mereka untuk membantu menamai bayi harimau Sumatra tersebut.

“Kami gugup karena ini adalah anak pertama Nuri, tapi dia terbukti seorang ibu yang piawai. Kami akan sangat senang menemukan nama Asia yang mencerminkan asal-usul spesies,” kata Radoslaw, seperti dikutip dari AFP.

Di habitat asli, harimau dapat hidup hingga usia 30 tahun. Seekor harimau betina bisa melahirkan hingga 10 ekor sepanjang hidupnya. Anak harimau, seperti ditulis wikipedia, pertama kali meninggalkan sarang pada umur 2 minggu.

Harimau belajar berburu pada umur enam bulan. Mereka dapat berburu sendirian pada umur 18 bulan, dan pada umur 2 tahun anak harimau dapat hidup sendiri. Sejumlah kegiatan dilakukan untuk melindungi satwa semakin berkurang itu.

Saat ini, harimau tengah mengalami ancaman kepunahan hebat. Satwa kunci hutan sumatera ini menghadapi perburuan liar dan perubahan fungsi hutan yang masih. Kawasan yang relatif aman untuk ditinggali harimau berada di Aceh.

Namun kondisi ini pun diperkirakan tak berlangsung lama. Manager Geographic Information System (GIS), Yayasan Hutan, Alam, dan Lingkungan Aceh (HAKA), Agung Dwinurcahya, mengatakan tahun ini Aceh kehilangan 15.140 hektare tutupan hutan. Angka ini meningkat dari total jumlah kerusakan hutan tahun lalu yang mencapai 15.071 hektare.

“Kerusakan hutan tahun ini lebih luas dua kali lipat dari Banda Aceh. Jumlah itu sama dengan 14 ribu lapangan sepak bola. Per hari, kami memperkirakan, 41 hektare hutan hilang di Aceh,” kata Agung.

Laju kerusakan tutupan hutan tertinggi terjadi di Aceh Tengah, yakni 2.416 hektare. Kerusakan terparah selanjutnya terjadi di Aceh Utara sebesar 1.815 hektare dan di Aceh Timur 1.547 hektare.

Agung mengatakan 60 persen hilangnya tutupan hutan terjadi di kawasan hutan dan 40 persen terjadi di areal penggunaan lain (APL). Seekor harimau jantan membutuhkan sekitar 15.000 kilometer persegi hutan sebagai tempat tinggal; berburu dan berkembang biak. **prc4

sumber: rmolaceh