Dinilai Tidak Sejalan Soal Corona, Presiden Brasil Pecat Menteri Kesehatan

Jumat, 17 April 2020

PELITARIAU - Presiden Brasil Jair Bolsonaro menuai kecaman dan kemarahan karena memecat Menteri Kesehatan Luiz Henrique Mandetta yang cukup populer karena mereka tidak sejalan soal respons Bolsonaro menghadapi pandemi corona.

"Saya baru saja menerima surat pemecatan dari Presiden Jair Bolsonaro," cuit Mandetta di Twitter kemarin. "Saya ingin mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang sudah diberikan kepada saya untuk memberi layanan kesehatan dan merencanakan strategi melawan pandemi corona. Ini tantangan berat yang harus dihadapi sistem kesehatan kita."

Dikutip dari laman the Guardian, Jumat (17/4), tak lama setelah pemecatan Mandetta itu diumumkan, Bolsonaro mengklaim pemecatan itu adalah "perceraian yang disepakati" namun dia memberi kesan ketidakpuasan atas menteri yang dipecatnya itu dalam hal dampak ekonomi akibat pandemi corona covid-19, sebagaimana dilansir merdeka.com, Jumat 17 April 2020

"Saya tahu nyawa itu tidak ternilai harganya. Tapi ekonomi dan lapangan kerja harus kembali normal," kata Bolsonaro ketika dia memperkenalkannya Menteri Kesehatan yang baru Nelson Teich, seorang CEO klinik swasta yang kini bermitra untuk layanan pakaian pelindung medis.

Pemecatan Mandetta ini sudah diduga banyak kalangan belakangan ini seiring Bolsonaro yang menganggap enteng pandemi corona dan menyerukan aturan pembatasan sosia dilonggarkan sementara Mandetta berkukuh dengan kebijakan itu.

Kasus positif corona di Brasil saat ini sudah mencapai angka 30.425 dengan 1.924 kematian.

Ketika pengumuman pemecatan itu disampaikan, warga di Rio de Janeiro dan di sejumlah wilayah lain langsung turun ke jalan melancarkan demo protes. "Bolsonaro pembunuh!" teriak massa.

"Sungguh konyol mengganti menteri kesehatan di tengah pandemi ini," kata seorang dokter di Rio yang enggan diketahui identitasnya.

"Ini keputusan payah presiden. Dia punya pandangan yang tidak berdasar ilmu pengetahuan atau klinis dan menentang segala aturan yang kini diterapkan di seluruh dunia. **Prc1

Sumber: merdeka.com