Pasar Global Dihajar Virus Corona, Pengusaha Sawit Pusing Tujuh Keliling

Kamis, 26 Maret 2020

PELITARIAU, Jakarta - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat peningkatan produksi Minyak Kelapa Sawit Mentah (CPO) pada Januari 2020 menjadi 3,48 juta ton selama Desember 2019.

Direktur Eksekutif Gapki, Mukti Sardjono, mengatakan saat produksi naik, ekspor kelapa sawit anjlok hingga 35,6 persen menjadi 2,39 juta ton dibandingkan bulan sebelumnya 3,72 juta ton.


"Penurunan ekspor terjadi pada CPO, PKO, biodiesel. Sementara oleokimia naik 22,9 persen," katanya melalui keterangan tertulis, Kamis (26/3).


Adapun penurunan ekspor terjadi hampir ke semua negara tujuan, yaitu ke China turun 381 ribu ton atau sekitar 57 persen dibanding bulan sebelumnya. Sementara ke Uni Eropa turun 188 ribu ton atau sekitar 30 persen dibanding periode bulan sebelumnya.


Lalu, ke India turun 141 ribu ton 22 persen dibanding periode bulan sebelumnya. Untuk Amerika Serikat turun 129 ribu ton atau sekitar 64 persen dibanding periode sebelumnya.


Sementara ke Bangladesh naik dengan 40 ribu ton 52 persen dibanding periode bulan sebelumnya.


"Penurunan ekspor yang cukup drastis dalam bulan Januari kemungkinan karena masih tersedianya stok di negara-negara importir utama, atau importir menunggu respons pasar terhadap program B30 yang diterapkan Indonesia," ujarnya.


Kondisi tersebut didorong situasi politik ekonomi dunia dan harga minyak bumi yang tidak menentu karena ketidaksepakatan antara OPEC dengan Rusia.


Selain itu, wabah Virus Corona yang melanda di hampir seluruh negara, menyebabkan perlambatan ekonomi global yang berakibat pada penurunan konsumsi minyak nabati.


"Terkait dengan pandemi corona, BNPB mengkhawatirkan Covid-19 di dalam negeri akan berlangsung sampai lebaran, sementara banyak pakar dunia memperkirakan puncak pandemi corona terjadi sekitar Mei-Juni," jelasnya.


Sebagai catatan awal tahun 2020, harga CPO meningkat menjadi rata-rata USD 830 per ton dibandingkan harga rata-rata pada Desember 2019 yaitu USD 787 per ton.


"Konsumsi domestik juga sedikit naik dari 1,45 juta ton menjadi 1,47 juta ton,” kata Mukti.

 

Harga CPO Berpotensi Tertekan

 

Situasi penurunan ekonomi hingga beberapa bulan ke depan, dikhawatirkan akan mendorong harga minyak nabati termasuk minyak sawit.


Beberapa bulan lagi akan masuk ke musim kemarau 2020 dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi momok yang menakutkan.


"Pembukaan lahan dengan sistem bakar oleh masyarakat harus dikeluarkan, sementara peraturan perundangan masih memungkinkan untuk pembukaan lahan di bawah 2 hektare," kata Mukti.


Perusahaan perlu memperbaiki kembali terkait dengan pertalian terkait dan menyiapkan fasilitas dan prasarana menyetujui kepemilikan.


"Dengan kontribusi yang baik dan partisipasi lebih dari yang diharapkan masyarakat karhutla tahun 2020 akan dapat dipindahkan bahkan dihindari," katanya. ** prc4

 


sumber: kumparan.com