Warga Akan Gelar Tolak Bala Kampung Di Danau Meduyan

Ahad, 06 Januari 2019

Foto Danau Meduyan, Herman Kades Kota Lama dan Saharan Sepur Tokoh Masyarakat

PELITARIAU, Inhu – Kepala Desa Kota Lama Kecamatan Rengat Barat Kab Inhu kepada pelitariau.com dikediamannya minggu (6/1/2019) mengatakan masyarakat adat Desa Kota Lama sepakat akan menggelar musyawarah tolak bala adat tradisi.

Kegiatan ini dilaksanakan di Kantor Desa Kota Lama sehubungan dengan telah terjadi salah seorang warga desa kota lama yang di terkam Buaya Kuning pada hari kamis (3/1/2019) sekira pukul 18.24 wib. di Danau Meduyan yang berdampingan dengan Makam Raja Raja Indragiri.

Korbannya adalah Mahrifat atau Rifat (56) warga Desa Kota Lama pada saat hendak mencari Ikan dengan memasang jaring di tengah danau menduyan yang anehnya menurut pengakuan korban, buaya mencapai panjangnya sekitar 3 meter tersebut masih mengikutinya hingga kepinggir danau, Kata Hermansyah SH.

Dijelaskan, kronologis kejadiannya korban pergi ketengah Danau Menduyan menggunakan sampan hendak memasang jaring, pada saat mengikat jaring pada tonggak kayu saat itu pula muncul buaya kuning dan langsung menyambar tangan korban dan mengakibatkan luka robek ditangan sebelah kiri dan korban langsung bergegas menyelamatkan diriya mengayuh sampan ketepi danau.

“Rencana kegiatan yang diberi nama Tolak Bala Ritual Cuci Kampung akan digelar pada hari rabu malam kamis (9/1/2019) akan diadakan di Danau Menduyan Desa Kota Lama, karena warga meyakini buaya yang muncul tersebut Kramat adalah Penunggu Danau,” Jelas Herman, Kades Bergelar Datok Panglime.

Menyikapi kejadian tersebut Tokoh Masyarakat Desa Kota Lama Saharan Sepur mengatakan sebagai warga setempat sangat mendukung kegiatan yang diprakarsai oleh Kepala Desa untuk membendung agar kejadian serupa kedepan tidak terjadi lagi.

Hasbabnya karna saling terusik kalau tak ada api tak mungkin ada asap apalagi dalam suku sakat melayu sangat sensitif dengan fatwa dalam artiannya secara turun temurun kampung kota lama dari dulu tidak terlepas dari peradaban yang sudah terwarisi, sekarang nilai nilai luhur khusus di Desa Kota Lama ini sudah tidak lagi terlestarikan oleh penerus negeri ini.

Seperti contoh Habitat satwa air yang selama ini dikenal sebagai hewan yang dilindunggi terdapat di Daerah Makam Raja Indragiri dan Danau Meduyan keduanya diketahui Sakral (Angker) ironisnya saat ini daerah tersebut semenjak dijadika Aset Budaya sudah dijadikan sebuah tempat gurauan atau ucapan candaan bagi pengunjungnya bahkan dianggap sebuah mitos yang menyesatkan.

Sambung Pria keseharian bekerja di Kantor Kemendikbud RI sebagai Staf Ahli Balai Pelestarian Cagar Budaya Purbakala Batu Sangkar Di Kab Inhu ini menambahkan dalam konsep budaya mitos juga merupakan sebuah kearifan lokal yang patut dilestarikan untuk menganalisa secara ilmiah, alam adalah merupakan bahagian dari kehidupan yang berkelangsungan,satu sama lain dan memiliki hubungan emosional, saling ketergantungan, Terangnya.

"Secara apriori antara mahluk baik di air di darat dan di udara atau yang gaib dan yang nyata kita serta tidak terlepas dari perlakuan psikologis yang identik dengan nilai Etika dan Estetika namun kita juga perlu menyikapi secara arif dan bijaksana ," beber Saharan Sepur.

Pada intinya selama ini tidak usah dipungkiri atas kesalahan yang sudah dilakukan ditempat itu berarti sudah melanggar kesaklaran (Keramat - Red) kedua tempat bersejarah tersebut, Jelasnya.**