Ratusan Rumah Di Gunung Sahilan Kampar Masih Digenangi Banjir

Jumat, 14 November 2014

Banjir Gunung Sahilan

PELITARIAU, Bangkinang-Bencana banjir di Kecamatan Kampar Kiri Hulu dan Kampar Kiri bencana banjir sudah surut mulai hari ini. Namun di Kecamatan Gunung Sahilan diperkirakan 210 rumah masih terendam banjir.

 

Data ini dibenarkan Camat Gunung Sahilan Dasman. Kepada wartawan di Kantor Kepala Desa Sahilan Darussalam menjelaskan, di Kecamatan Gunung Sahilan hingga pukul 16.20 WIB, Jumat (14/11) sebanyak 210 rumah masih terendam banjir.

 

"Ketinggian air rata-rata di rumah warga mencapai 1 meter," sebutnya.

 

Di Desa Sahilan Darussalan terdapat 94 rumah yang masih digenangi banjir, Kemudian di  Gunung Sahilan 86 rumah, Sungai Lipai 11 rumah, Kebun Durian 9 rumah dan  Subarak 10 unit rumah. 

Banjir di Gunung Sahilan juga menyebabkan jalan terputus di Dusun Pulau Baru dan Tenah Bekali Sahilan Darussalan. Dan jalan Koto Betung Gunung Sahilan  ke Dusun III Pulau Baru Desa Sahilan Darussalam.

Disebutkan warga setempat, Anto, dia menilai Pemerintah dalam hal ini dinas terkait lamban memberikan perhatian.

 

"Baru hari ini (hari kedua)ada sejumlah bantuan mulai berdatangan walaupun masih ala kadarnya," sebut Anto

 

Persoalan tidak hanya sampai disitu. Akibat banjir juga membuat hubungan listrik menjadi putus sehingga masyarakat harus tidur dalam kondisi tanpa penerangan listrik.

 

"Kami tidak mendapat pasokan listrik akibat kabel PLN cukup rendah melintasi Sungai Kampar Kiri yang mengakibatkan kabel jadi terendam," ujar Doni kepada suarakampar.com.

 

Menurutnya, kondisi ini pernah disampaikan ke PLN saat banjir tahun lalu namun masih belum digubri.

"Kami juga takut karena pernah muncul api besar di kabel itu," ujar Doni.

 

Dari pantauan media ini, di Sahilan Darussalam, masyarakat tampak berkumpul di jembatan sambil menunggu air surut. Ada sebuah tenda berdiri namun tidak terdapat barang-barang warga.

 

Warga menggunakan sampan sebagai transportasi dari rumah ke rumah maupun menuju tempat yang lebih tinggi. (rya/cr. rio)

 

Editorial: Rio Ahmad