Sumanto Kini Mendadak Diperbincangkan Kembali

Kamis, 25 Januari 2018

Sumanto

PELITARIAU.com - Siapa tak mengenal Sumanto, pria asal Desa Pelumutan, Kemangkon Purbalingga ini pernah menghebohkan dunia karena aksinya memakan daging mayat, 2003 silam. Belasan tahun berlalu sejak keluar dari kurungan penjara, Sumanto ternyata belum bisa bebas bergaul dengan masyarakat.

 

Ia hanya bisa menatap dunia yang sempit dari dalam kamar khusus panti rehabilitasi mental Annur Bungkanel, Karanganyar, Purbalingga. Berulangkali ia coba dikembalikan ke keluarganya oleh pengasuh panti Supono di tempat kelahirannya, Desa Pelumutan Kemangkon. Namun tindakan itu selalu berujung penolakan dari warga setempat. Ia terpaksa dikembalikan ke panti itu hingga waktu entah kapan.

 

Sumanto kini mendadak diperbincangkan kembali. Bukan karena kasus baru yang dialaminya, melainkan pria berkumis itu mendapat kehormatan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Purbalingga sebagai satu di antara sampel kegiatan pencocokan dan penelitian (coklit) serentak. Coklit menyangkut data pemilih yang akan menggunakan hak pilihnya pada Pilkada 27 Juni 2018 mendatang.

 

"Kegiatan yang dilaksanakan serentak pada besok, Sabtu (20/1/2018) dengan mendatangi rumah pemilih secara langsung oleh KPU," kata Ketua KPU Purbalingga Sri Wahyuni, Jumat (19/1/2018).

 

KPU Purbalingga berencana turun di 4 desa yakni Desa Bungkanel, Kota Purbalingga, Desa Karangbanjar dan Karangreja. KPU akan menyasar tokoh-tokoh di Purbalingga yang menjadi opinion leader, mulai pejabat, politisi hingga seniman atau artis.

 

Menariknya, muncul nama Sumanto di antara sasaran kunjungan coklit oleh KPU yang kebanyakan adalah pejabat penting di kabupaten dan provinsi. Sumanto akan dikunjungi KPU sebagai objek coklit, bersamaan dengan Wakil Gubernur Jawa Tengah Heru Sudjatmoko; Bupati Purbalingga, Tasdi; Wakil Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi; dan Ketua DPRD Purbalingga, Tongat.

 

Ketua KPU Purbalingga Sri Wahyuni mengatakan, Sumanto dipilih jadi satu di antara sampel coklit serentak di Purbalingga oleh KPU dengan pertimbangan tersendiri. Menurut Yuni, Sumanto selama ini cukup dikenal bak artis oleh publik. Namanya fenomenal bukan hanya di tempat kelahirannya, Kabupaten Purbalingga, namun juga di daerah lain di Indonesia. Ketenaran Sumanto jadi alasan khusus pihaknya untuk menjadikannya sebagai sampel coklit.

 

"Dia itu terkenal sekali. Teman saya di Aceh waktu dengar kata Purbalingga langsung ingat Sumanto," katanya

 

Apakah Sumanto penuhi syarat pemilih? Sumanto selama ini, belasan tahun, tinggal di panti rehabilitasi mental Annur Karanganyar yang berisi puluhan penderita gangguan jiwa. Ia menempati kamar khusus yang dipisah dengan penderita lain di panti itu.

 

Namun, meski menempati panti jiwa, Sumanto ternyata dianggap oleh KPU sehat baik secara fisik maupun jiwa yang menjadi satu di antara syarat orang memperoleh hak pilih. Wahyuni mengatakan, Sumanto memiliki hak suara untuk memilih pemimpin daerah pada Juni 2018 mendatang.

 

Pria yang masih bercita-cita ingin kawin ini bahkan pernah terdaftar sebagai pemilih pada Pemilihan Bupati Purbalingga 2015 lalu. Sumanto tercatat sebagai pemilih yang beralamat di Desa Bungkanel Karanganyar, bukan desa asalnya, Pelumutan Kemangkon.

 

"Ya dia sehat baik jasmani maupun rohani," katanya.

 

Menurut Wahyuni, kegiatan coklit ini akan berlangsung selama sebulan yang dimulai dari coklit serentak, Sabtu (20/1/2018) besok. Pihaknya akan menerjunkan 2467 petugas yang terdiri dari 1655 Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (PPDP) , 717 Panitia Pemungutan Suara (PPS), 90 Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) , dan 5 petugas KPU Purbalingga.

 

Coklit oleh petugas KPU ini akan menyasar 8275 rumah di Purbalingga. Gerakan coklit serentak ini dinilainya merupakan langkah progresif KPU untuk mengoptimalkan proses pendataan pemilih, serta mendorong warga yang memenuhi syarat untuk terlibat aktif dalam memastikan terdaftarnya pemilih.

 

"Kegiatan ini untuk mewujudkan derajat kualitas daftar pemilih komprehensif, akurat dan mutakhir,"katanya. **ram

Sumber: Tribun Jateng Khoirul Muzakki