Dimodali Pemerintah, Lahan Bekas Cetak Sawah di Bengkalis Terbengkalai

Jumat, 05 Januari 2018

Proyek cetak sawah baru Pemerintah Pusat dan Propinsi Riau di kawasan jalan lintas Sontang-Desa Petani, Kecamatan Bathin Solapan, Kabupaten Bengkalis terbengkalai, tampak tidak terurus

PELITARIAU, Bengkalis - Proyek cetak sawah baru Pemerintah Pusat dan Propinsi Riau di kawasan jalan lintas Sontang-Desa Petani, Kecamatan Bathin Solapan, Kabupaten Bengkalis pada tahun 2013 silam, kini tampak hanya tumbuhan ilalang (semak,red) belukar dan kelapa sawit alias terbengkalai.

Menurut keterangan mantan Ketua RW 08 Desa Petani Tahta, Syopian (sekarang Kepala Dusun Tungkek Butek Desa Petani,red) ketika dikonfirmasi Pelitariau.com pada akhir Desember 2017 mengatakan, bahwa cikal bakal proyek cetak sawah seluas 75 hektar itu, bermula pada pertengahan 2012 silam, Kelompok Tani Sumber Rezeki Desa Petani, mengajukan proposal ke Pemerintah Pusat lewat kementerian terkait.

Setahun kemudian, proposal yang diajukan itu berbuah hasil. Pemerintah Pusat menyetujui cetak sawah di lahan gambut itu seluas 50 hektar, dengan biaya pengolahan sampai tanam bibit padi unggul sebesar Rp.500 juta.

"Tapi, yang namanya proyek pemerintah, proses pencairan duit tidak mudah dan cenderung banyak aturannya. Petani harus mengerjakan 30 persen dulu, baru duit dicairkan 20 persen dari total Rp500 juta biaya cetak sawah itu. Jika, pengerjaan sudah beres 40 persen, baru duit cair 30 persen lagi. Dan kalau pengerjaan tuntas 100 persen, duit yang dicairkan 90 persen, setelah dilakukan penelitian lagi/pengecekan ulang hasil pengerjaan sawah itu, maka yang 10 persen pencairan dilakukan," terang Syopian.

Sambung Syopian lagi, teknis pengerjaan cetak sawah itu, kelompok tani didampingi oleh dinas terkait, dari pengolahan, pembelian bibit hingga penanaman.Kelompok Tani Sumber Rezeki beranggotakan 50 orang, adalah warga Sakai dan warga asli Desa Petani. Tapi saat pengerjaan, mereka dibagi lagi menjadi kelompok kecil beranggotakan 5-7 orang untuk mengerjakan 1,5 hektar.

"Ditahun yang sama, Pemerintah Propinsi Riau juga menambahkan proyek cetak sawah seluas 25 hektar yang letaknya juga diarea 50 hektar tersebut, dan anggaran biayanya sebesar Rp.400 juta.Tapi, proyek Pemprop itu pengerjaannya bukan oleh kelompok tani, melainkan ditenderkan ke pihak ke 3.Kepala Desa Petani Rianto (pada saat itu) sekarang menjadi anggota DPRD Bengkalis, yang memenangkan proyek itu," ungkap Syopian.

"Dari hasil pengerjaan sawah baru itu, hasil panennya bisa dikatakan bagus, tapi belum memuaskan. Kelompok tani kembali musim tanam kedua, namun hasilnya jauh panggang dari api, malah lebih parah lagi. Jelang panen raya, persawahan itu digenangi banjir, panen pun gagal. Sejak saat itu, petani angkat tangan, tidak lagi mau mengelolah persawahan itu, makanya sekarang berubah menjadi semak belukar," jelas Syopian.

Syopian berharap, eks areal persawahan tadi merupakan asset Pemdes Petani. Ada potensi penghasilan lain jika lahan yang telah semak belukar itu, digarap kembali. Tentu tidak dengan tanaman padi lagi.

"Mau ditanam tanaman apapun, atau kolam ikan, yang penting lahan itu tidak menjadi lahan tidur. Biar pemerintah desa punya pendapatan dan warga punya usaha yang dapat meningkatkan perekonomian,"ujar Syopian. **Julieser