Kanal

Apa Saja Celah Guru Perbaiki Sikap Anak?

PELITARIAU, Jakarta - Di sekolah, guru bisa jadi menemukan anak didik yang belum dapat mengontrol diri mereka. Sikap tersebut juga memengaruhi perilaku mereka di sekolah, salah satunya hiperaktif.

Pakar Psikologi dan Perkembangan Manusia, Ihshan Gumilar, MA menjelaskan, setiap tindakan manusia dikontrol otak. Sehingga, dalam menghadapi anak yang sulit dikontrol sebaiknya jangan hanya terpaku pada sikapnya, melainkan melihat bagaimana otak itu turut memengaruhi sikap anak tersebut seperti yang dipelajari dalam ilmu Neuroplastis.

"Neuroplastis itu terdiri dari dua kata yakni neuro artinya syaraf, dan plastik itu adalah plastis. Jadi syaraf ibarat kata elastis sama halnya seperti plastik, sehingga bisa dibentuk. Jadi sikap anak yang hiperaktif itu bisa diubah sebenarnya dengan pendekatan dari pendidikan," ungkap Ihshan dalam diskusi pendidikan bersama ACDP, "Apa Itu Sekolah Ramah Anak dan Mengapa Itu Sangat Penting?" di Kemdikbud, Jakarta, sebagaimana dikutip okezone.

Ihshan menjelaskan, otak sendiri bisa dipindai (scan). Hasilnya bisa memperlihatkan tingkatan emosi serta kontrol diri.

"Jadi, dari hasil scan otak itu kita bisa lihat bahwa bagian otak di belakang dahi ada tanda warna kuning. Jika warna kuningnya sedikit dan hanya berbentuk titik, maka tandanya pengendalian diri seorang anak kurang dari normal. Makanya anak jadi hiperaktif," paparnya.

Ilmu neoroplastis, kata Ihshan membantu orang awam menjadi lebih paham, bahwa sebenarnya sikap anak-anak kita bisa dilihat dari otak mereka.

"Jadi orangtua jangan beranggapan kalau anak nakal maka tidak bisa diperbaiki, itu tidak tepat. Sampai akhir hayat otak akan terus berkembang jadi selalu ada kesempatan untuk diperbaiki," katanya.

Ihshan menambahkan, pendekatan pendidikan akan turut menjadi solusi mendidik anak-anak dengan masalah sikap tersebut. Terlebih lagi, setiap anak memiliki karakter yang berbeda sehingga pendekatan yang diberikan pun harus berbeda.

"Pendekatannya tidak bisa disamaratakan. Bahkan yang kembar sekalipun, ketika mereka tumbuh dan berkembang, perkembangan otak mereka juga tidak akan sama sehingga menghasilkan karakter dan sikap yang berbeda-beda," tambahnya.***(prc)


Ikuti Terus Pelitariau.com

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER