Kanal

2016, Tahunnya Tiongkok

PELITARIAU - Pada 2016, lupakanlah Ketua Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) Janet Yellen atau Gubernur Bank Sentral Eropa (ECB), Mario Dragi. Orang yang akan menjadi sorotan dunia adalah Presiden Republik Rakyat Tiongkok, Xi Jinping.

Dia disebut-sebut menjadi pemimpin China paling kuat sejak Mao Zedong, pendiri Republik Rakyat China. Xi telah mengguncang ekonomi dunia pada 2015, dan di 2016 diperkirakan, segala apapun mengenai ekonomi China akan berpengaruh pada perekonomian dunia. Apalagi pada 2016, dengan China menjadi tuan rumah pertemuan negara-negara yang memiliki ekonomi besar G-20, Xi secara otomatis menjadi presiden kelompok negara-negara yang berupaya mendorong stabilitas ekonomi secara berkelanjutan itu.

Xi berdiplomasi dengan sangat luwes. CNBC, pada Rabu 30 Desember 2015, menyebut, Xi telah dianggap teman makan malam yang menyenangkan bagi keluarga kerajaan Inggris, khususnya Ratu Elizabeth, saat berkunjung ke negara itu beberapa waktu lalu. Begitu pula Presiden AS Barack Obama terpesona dengan kunjungan Xi ke Gedung Putih belum lama ini.

Xi juga mudah berbaur dengan para bos-bos perusahaan multinasional besar di dunia. Setiap kunjungan kerjanya ke negara lain, salah satu agenda penting yang wajib dilakukan adalah menemui para pengusaha kakap dan bonafide. Tak heran untuk pertemuan G-20 tahun 2016 ini, dia memilih tema "Membangun ekonomi inovatif, menyegarkan, dan saling berhubungannya antarkeuangan dunia". Tema yang menandakan jelas bahwa China ingin lebih berperan dalam ekonomi dunia pada 2016.

Xi berdiplomasi dengan sangat luwes. Xi telah dianggap teman makan malam yang menyenangkan bagi keluarga kerajaan Inggris, khususnya Ratu Elizabeth. FOTO: REUTERS/John Lok/Pool

Meski pertumbuhan ekonomi China menurun di tahun 2015, dihitung IMF tidak tembus angka 7 persen, namun sejumlah peristiwa monumental terjadi. November 2015, mata uang China Renminbi resmi masuk keranjang Special Drawing Rights (SDRs), atau mata uang yang diakui Dana Moneter Internasional (IMF), sebagai mata uang internasional. Desember 2015, Zimbabwe, sebuah negara di Afrika, resmi menggunakan Renminbi sebagai mata uang negaranya.

Pada 2015, untuk pertama kalinya, China adalah rumah bagi empat perusahaan terbesar di dunia. The Forbes Global 2000, yaitu daftar lengkap perusahaan publik yang paling kuat di dunia, yang diukur dengan nilai komposit pendapatan, laba, aset dan nilainya pasar keuangan, menyatakan 232 dari 2.000 perusahaan terbesar global berpusat di China. Pada 2015, perusahaan-perusahaan China dalam daftar ini meraup pendapatan US$4,6 triliun, keuntungan US$473 miliar, dengan total aset US$25 triliun, dan US$6 triliun nilai pasar.

E-Commerce raksasa Alibaba berada di urutan 269, setelah mencetak initial public offering (IPO) terbesar dalam sejarah di New York pada 2014. Pendatang baru terkenal lainnya termasuk properti komersial Dalian Wanda, dijalankan oleh orang terkaya China Wang Jianlin, dan Lens Technologies, yang ternyata pendirinya Zhou Qunfei menjadi seorang wanita terkaya di dunia.

Tiongkok telah menjadi raksasa baru. Segala macam barang yang ada di dunia telah diproduksi di Tiongkok. “Kami hampir di kapasitas maksimum industrialisasi. Kami memproduksi hampir segalanya,” kata He Yafei, Vice President of the Chinese Overseas Exchange Association, dalam sebuah diskusi di Jakarta, Desember 2015.

Karena itu, kata He Yafei, Tiongkok harus melakukan ekspansi global. Karena, “tidak ekonomis lagi membuat segala sesuatu di China,” kata mantan Wakil Menteri Luar Negeri Tiongkok itu dalam diskusi yang diselenggarakan Foreign Policy Forum itu. Lebih efisien bagi China membangun pabrik di negara lain daripada membangun di negerinya sendiri.

Sejak 2014, China telah menjadi negara net capital export; ekspor kapital dalam bentuk investasi lebih dominan daripada ekspor barang. Tahun 2016 nanti, diperkirakan 1,25 triliun dolar Amerika Serikat kapital China akan mengalir ke luar, kata He.(viva)
 


Ikuti Terus Pelitariau.com

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER