Kanal

Kasian, Pasien Covid-19 yang Diisolasi di BLK Meranti Kondisinya Memprihatinkan

PELITARIAU, Meranti - Pelayanan di Gedung Balai Latihan Kerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Kepulauan Meranti yang terpilih jadi tempat rujukan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) untuk menangani wabah virus corona kini menjadi sorotan publik.

Bukan karena pelayanannya yang memuaskan, melainkan karena fasilitas yang kurang memadai. Mulai dari ruangan yang luasnya hanya 3x3 meter dan jarak satu meter yang disebut sebagai jarak aman untuk mencegah penyebaran virus corona pun tak berlaku di ruangan ini.

Hal ini disampaikan salah seorang pasien suspect yang turut dirawat di kamar itu. Identitasnya dirahasiakan demi kenyamanan pasien. 

Dia mengatakan saat ini ada sebanyak 15 orang yang menjalani isolasi di tempat tersebut. Sementara itu fasilitas yang disediakan sangat kurang dan tidak memadai.

"Dibsini kami awalnya ada 13 orang yang dirawat dan ada penambahan 2 orang lagi pada hari Minggu lalu. Di sini kami tidak ada sehelai pun selimut tidur, selain itu alas tilam, sarung bantal juga kurang, dan sajadah pun baru ada 2 lembar, sementara itu gayung dan galon air juga kurang," kata dia.

Selain itu perlengkapan untuk kebutuhan pribadi pun mereka harus beli sendiri.

"Selama di sini untuk kebutuhan mandi,  seperti sabun dan pasta gigi kami harus beli sendiri, untuk itu kami minta dibantu seperti sabun cair. Disini kami juga kekurangan uang, mau mengambil di ATM kami tidak bisa dan tidak diberi keluar. Di sini cuma dibantu kebutuhan makan dan minum saja," ungkapnya.

Saat ini pasien disana hanya bisa pasrah menghadapi kenyataan hidup dan menjalani hari-hari di tempat isolasi.

"Kami tidak tau lagi harus bagaimana, hal ini sudah kami sampaikan, namun belum ada tanggapan," ujarnya.

Sementara itu untuk kebutuhan makan pun mereka hanya mengkonsumsi nasi dan lauk pauk seadanya saja tanpa diperhatikan kandungan gizinya.

"Sudah hampir beberapa hari disini kami hanya makan nasi dengan sebutir telur yang direbus dan dengan sedikit kuah, baru dua hari sebelum lebaran ini menu makanan dirubah yakni nasi kotak ala katering dengan bermacam lauk dan sayuran," pungkasnya.

Sementara itu, Ketua DPW FPI Kepulauan Meranti, Hendrizal alias Bocang yang menjadi perantara antara keluarga pasien dan Dinas Kesehatan mengatakan pihaknya sudah berulangkali menyampaikan kepada dinas terkait, namun hal ini seperti tidak gubris.

"Saya sudah sampaikan hal ini, namun pihak Dinkes mengatakan untuk selimut sudah dibantu namun baru tiga helai dan lainnya akan menyusul, termasuk menu makanan yang baru diperbaiki dua hari menjelang lebaran.

Ketika disampaikan kenapa kejadian ini bisa terjadi, kepala Dinas Kesehatan mengaku jika pihaknya lambat berkoodinasi, artinya ini tidak terkontrol," kata Hendrizal.

Ketika ditanyakan lagi, kenapa fasilitas bisa amburadul seperti ini, pihak Dinas Kesehatan berkilah jika sebagian barang sudah dibeli, namun ada perubahan spesifikasi sehingga Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) ikut mengalami perubahan.

"Kami sudah sampaikan mengenai hal ini kepada pihak Dinas Kesehatan, dan hal ini langsung kepada kepala dinasnya, Misri Hasanto, dan dia menyanggupi untuk memenuhi kebutuhan pasien yang diisolasi tersebut. Kami paham jika ada perubahan spek, tapi masa membeli selimut dan lainnya ini harus menunggu itu, tentu ini tinggal kebijakan saja lagi," kata Bocang.

Namun setelah beberapa hari berlalu, tenyata fasilitas yang diminta juga tak kunjung dilengkapi.

"Sore hari pada lebaran pertama sampai tadi malam kami pergi mengantar makanan kesana, sesampainya disana kami lihat tidak ada perubahan dan fasilitas yang ditambah. Lalu kami sampaikan jika dinas tidak mampu biar kami yang belikan dan kami membantu tidak ada maksud apa-apa hanya atas dasar kemanusiaan saja, dan ini sudah saya sampaikan ke teman-teman FPI dan mereka siap untuk membantu," ungkap Bocang.

Terkait hal ini, ketua FPI itu juga sudah melaporkan kondisi tersebut kepada Bupati Kepulauan Meranti.

"Sudah saya laporkan hal ini kepada dan dia minta kepada dinas terkait dalam hal ini Dinas Kesehatan  untuk melayani pasien tersebut dengan baik," pungkasnya.

Sementara itu, Kepada Dinas Kesehatan Kepulauan Meranti, dr H Misri Hasanto yang dikonfirmasi terkait hal ini tidak bisa menjawab banyak pertanyaan wartawan dia mengaku saat ini pihaknya belum mendapatkan kucuran dana, dan untuk keperluan lain pihaknya masih berhutang kepada pihak ketiga.

"Sampai hari ini sepeserpun kami belum menerima dana, dan untuk biaya- biaya yang ada sejak Covid ini kami berhutang dan jumlahnya sudah hampir satu miliar," kata Misri singkat. **


Ikuti Terus Pelitariau.com

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER