Kanal

Harga Karet Terus Anjlok, Petani di Rohul Banyak Beralih ke Sawit

PELITARIAU, Rohul - Harga karet petani di tingkat pengepul atau toke terus anjlok. Saat ini harga jualnya hanya Rp 5.500 per kilo. Angka ini turun dari harga pekan lalu, Rp.5.700 per kilo.

Harga karet yang semakin jatuh membuat banyak petani karet beralih ke pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Bahkan, beberapa petani di Desa Sialang Jaya memutuskan untuk mengalihkan kebunya menjadi kebun kelapa sawit.


"Bila kita beralih cari pekerjaan buruh bangunan, kita bisa bergaji antara Rp85 ribu hingga Rp100 ribu per harinya. Tapi kalau menakik, seminggu dapat 100 Kg maka hanya dapat Rp550 ribu. Itu kalau kebun kita sendiri. Kalau seperti saya menakik di kebun orang, maka kita bagi 3. Hasilnya menakik tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga lagi," ungkap Joni salah seorang warga Sialang Jaya.


Menurut Joni, di kalangan petani karet di Rohul standar harga karet yang sesuai dengan kebutuhan hidup adalah 1 Kilogram karet sama dengan 1 Kg beras (Rp 10.000 per Kg). Namun kondisi sekarang ini, 1 Kg hasil karet hanya bisa menndapatkan kurang dari setengah kilogram beras.


Selain Joni, warga lainnya Irel juga mengakui hal yang sama. Kini ia bekerja cari upahan memanen kelapa sawit di kebun masyarakat. Selain itu ia juga mencari kayu untuk pancang. Bila dijual per batangnya bisa Rp4.000 dengan mencarinya di semak belukar.


"Bila banyak kayu kita bisa dapat 40 sampai 50 batang yang kita langsir dengan ditarik sepeda motor lalu dijual ke toke sawit. Juga cari tambahan cari upahan meyemprot racun rumput ke kebun warga," kata Irel.


Saat ini banyak petani karet yang enggan menakik, karena harga jualnya tidak sesuai dengan menakik yang dilakukan hampir setiap harinya. Bukan hanya itu saja, kini banyak petani karet yang menebangi tanaman dan diganti tanaman kelapa sawit.


Bahkan seorang toke karet di Desa Sialang Jaya yang sudah turun temurun dari ayahnya, juga kasihan dengan nasib petani karet yang harganya cuma Rp5.500 per kilo di pekan kamarin.


"Kita hanya mengambil untung Rp200 per kilonya dari petani. Kemudian ambil upah langsir dari kebun warga ke tempat penimbangan Rp200 per kilonya. Sejak beberapa bulan terakhir petani bayak yang tidak menakik karena harga karet murah," jelas salah seorang toke karet, Taufik.


Taufik juga mengakui mulai banyak kebun karet masyarakat di desa Sialang Jaya yang diganti tanaman kelapa sawit. Kini karet yang dibeli dari warga jumlahnya jauh berkurang.


"Ada 5 orang yang membeli karet petani khusus di Sialang Jaya, dimana dulunya setiap toke setiap pekan bisa kumpulkan 2 ton bahkan lebih dari petani karet. Namun saat ini, seperti saya, setiap minggu sulit dapat 1 ton," ucap Taufik. **prc4


sumber: cakaplah


Ikuti Terus Pelitariau.com

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER