Kanal

HLG Provinsi Riau, Jambi, Sumatra Barat, Melakukan Kunjungan Ke Desa Sungai Tohor Meranti

PELITARIAU, Meranti - Rombongan studi banding hutan lindung gambut (HLG),Provinsi Riau Jambi ke Sungai Tohor Kabupaten Kepulauan Meranti dalam rangka memahami dan menerapkan sistem pertanian lahan gambut, minggu (28/1/18)

Efendi,SE selaku Kepala Desa Sungai Tohor mengatakan sebelumnya kami ucapkan selamat datang untuk kades kades dari Provinsi jambi ke Sungai Tohor,ini sebuah anugrah karna tamu-tamu dari luar terus berdatangan,dan kami mohon kepada masyarakat mohon dukungannya.

Disungai tohor dalam restorasi gambut murni dari masyarakat,masalah skat kanal yang ada sekarang sudah rusak sekali,dan didaerah kami ini memang cocok hanya tanaman sagu,jadi kami agak sulit untuk menerima jika ada tanaman lain yang masuk ke desa kami. 

Kalau hanya untuk Meranti saja sagu diolah jadi gula saya rasa sangat mencukupi,jadi bagaimana kita bisa mengkonsumsi produk yang dari daerah kita sendiri.

Bapak Ahmad perwakilan dari WWF Indonesia mengatakan  projek rimba yang ada tiga Provinsi,yaitu Riau,Jambi dan Sumatra Barat. 

Perwakilan dari badan restorasi Gambut yakni Pak Pajar mengatakan bagai mana ekosistem fungsi berbuat dengan turun kelapangan menjadi obat mujarab,kami melakukan baseline kondisi wilayah,keterkaitan program pemerintah  dan kewasdayaan masyarakat,melakukan insfrastruktur atau restorasi,

Sungai Tohor ini ada dua wilayah pengelolah sagu yakni PT.NSP ,dan masyarakat,NSP juga merupakan lahan yang terbakar pada tahun 2014.

Dari sekian banyak program barang dari bisnis 2017 penguatan kapasitas institusi,ekspansi bisnis,membangun entitas busnis progisional yang baru (anggota pokmas)

Wak Nong Mel yang pernah menjabat sebagai sekretaris desa selama 30 tahun sekitar pada tahun tujuh puluhan masyarakat kami dulunya berladang dipulau penyalai,nah terpikir kami kalau seperti ini terus menerus masyarakat,kampung tinggal,masyarakat kocar kacir,anak anak banyak terlantar,jadi terpikirlah saya untuk membawa warga membuka arial sawah tapi hasilnya kurang memuaskan,

Sekitar tahun 80an terpikirlah oleh kami membawa warga untuk membudi dayakan sagu dan alhamdulillah hasilnya sangat memuaskan

Selanjutnya sekitar tahun 90an masyarakat kami sudah bisa menikmati sagu kalau kami berpikir kami tida perlu menanam tanaman lain seperti akasia,sawit,karna biaya nya sagat besar,

Waktu itu hasilnya kita pajak dengan orang cina,maka dari itu terpikirlah oleh saya untuk membuka usahah sagu,kami mencoba buka kilang sagu masyarakat kami berpikir lepas saja pajak dari orang cina dijual kembali dengan orang yang ada kilang sagu desa sungai tohor,

Kalau ditanah gambut kandungan sagu nya dalam satu batang sekitar dua ratus kilo/batang,kalau tanah gambut mencapai empat ratus kilo perbatang,tapi alhamdulillah sampai sekarang jumlah kilang sagu sebanyak 15 dan bisa menghaslkan 700 tpm sagu tiap bulannya.

Kami juga mengharapkan kepada pemeeintah bisa memperhatiakn kami,sekiraya ada bantuan dari pemrintah lagi mengenahi skat kanal,sekarang banyak yang habis karna lapuk,

Dalam kebun sagu ini harus ada kayu alami,seperi kayi kempas,meranti tapi jangan dibiarkan berdekatam,kqrna rumbia ini memerlukam air,

Masyadi dari kph mengatakan restorasi gambut ini bukan hanya di Jambi,makanya kami menviba untuk tanaman sagu dikembagkan di Jambi,kehadiran kami di desa sungai tohor ini tak lain tak bukan untuk melihat potensi sagu,

Jadi kehadiran kami disini untuk belajar bagai mana cara nengelolah sagu dengan baik.  **rls/adit


Ikuti Terus Pelitariau.com

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER