Pilihan
Doa Rakyat Inhu, Tuah Keramat Bukit Embun Dodi Irawan Bakaghojo Raih Juara 1
Heboh, Adila Ansori Terkejut Soal Isu Pergantian Pimpinan DPRD Inhu
Dodi Nefeldi SPBU Masuk DCS PDI-Perjuangan, Ini Nomor Urutnya
6 Manfaat Kurma Untuk Kesehatan
Puisi "Balada Atan Lawa dan Chen Hwa, Mengukir Cinta Tanpa Prasangka"
atan lawa lahir kala purnama menjuntai di pantai
emak melayu ayah perantau jawa bercinta di usia belia
teman sepengajian di kampung nelayan
saling cinta tanpa prasangka
chen hwa bermata sipit, hidung mangir dan kulit putih melepak
terlahir emak tionghoa ayah batak
saling cinta tak diterima keluarga
chen hwa kecil diberi marga tapi kurang disuka
kini atan lawa merajut kasih dengan chen hwa
cinta terdedah tersebab suka saling jumpa sepulang sekolah bersama-sama
begitulah cinta yang tak mudah tak disuka keluarga
mengapa ada prasangka
padahal bumi kita sama
air disauk dari sungai sama
tak ada beda
nasi dimakan dari sawah sama
udara dihirup dari pucuk daun dan untai embun
di kampung sama
tapi mengapa selalu ada prasangka bila cinta menjelma jadi cita
padahal hubungan darah tak mudah dibelah-belah
atan lawa memacu laju kereta cinta membawa chen hwa penuh rahasia
segala rintang dia tantang
begitu pula chen hwa yang tenang
memacu cinta penuh gelora
tak peduli larangan orangtua dan sanak keluarga
sepasang kekasih itu semakin dekat membuang jauh segala prasangka
atan lawa pun jadi berang
kala keluarga chen hwa menantang hubungan
dengan segenap tenaga dan daya
hati bertemu hati menjadi cinta sejati
chen hwa pun kian terpesona
tak mudah digoyah oleh sesiapa
maka berujarlah atan lawa pada keluarga chen hwa
kala paman chen hwa meminta akhiri kisah cinta
tersebab tak sepadan darah dan keturunan
pantun melayu lama pun diucap lincah:
ketuku batang ketakal
dua-dua keladi moyang
sesuku kita seasal
sama-sama senenek moyang
atan lawa terus berhujjah
chen hwa tak mungkin ditinggal pergi
tak boleh ada prasangka
di hamparan bumi anugerah tuhan
tak boleh ada diskriminasi atas nama suku dan keturunan, agama dan darah
apalagi beda warna kulit atau gelombang rambut yang terbawa sejak tangus pertama
chen hwa pun begitu bersetuju tanpa ragu
mestinya semua kita bersatu tak hirau nasib dan perjodogan
kita perlu bersatu
perlu bersama tanpa prasangka
saling hormat dan menghargai
demi negeri
demi indonesia.
Oleh: Fakhrunnas MA Jabbar
Pekanbaru, 28 oktober 2017
Lihat Turis Indonesia, Dikira Artis di Pakistan, Rebutan Minta Foto
PELITARIAU.com - kejadian unik terjadi saat beberapa turis dari Indonesia libura.
Dodi Irawan Bakaghojoo Didaulat Jadi Panglima Jalur tepian Rengas Sakti Peranap
PELITARIAU, Inhu - Bung Darwis yang sudah 30 tahun menjadi komentator jalur di t.
Berikut 28 Istilah di Dunia Wartawan
PELITARIAU - Dalam dunia wartawan, prinsip-prinsip etika dan integritas sangat p.
Doa Rakyat Inhu, Tuah Keramat Bukit Embun Dodi Irawan Bakaghojo Raih Juara 1
PELITARIAU, Inhu - Tuah Keramat Bukit Embun Dodi Irawan Bakaghojo asal Kabupaten.
Yuk Doakan, Ini Tiga Jalur Asal Inhu Masuk Final Hari ke 5
PELITARIAU, Inhu - 13 jalur masuk ke final hari ke 5 di festival tahunan pacu ja.
Orang Indragiri Harus Miliki Buku Pesajian, Dengar Puisinya Bikin Merinding
PELITARIAU, Inhu - Telah beredar buku kumpulan puisi palu patah dengan judul "Pe.